Meraih Ketenangan Batin (8)

Jangan Pernah Putus Asa

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Jumat, 27 Mei 2016, 08:47 WIB
Jangan Pernah Putus Asa
NASARUDDIN UMAR:NET
AL-QURA'AN berkali-kali menegaskan kita agar jangan pernah putus asa. Di antaranya yang paling tegas ialah: "La taqnathu min rah­mat Allah" (Dan jangan per­nah putus asa terhadap rah­mat Allah). Putus asa bisa disebabkan karena keingi­nan hidup tidak pernah ter­capai. Bisa juga karena over loaded dari beban dosa dan kesalahan yang yang menumpuk di dalam diri. Tentang kekecewaan karena keinginan hidup tidak pernah terwujud sesungguhnya seringkali lebih merupakan kekeliruan persepsi ketimbang kenyataan sesungguhnya. Jika se­orang memahami arti hidup dan folosofi kehidupan, maka seharusnya kekecewaan itu tidak pernah terjadi. Bukankah Allah Swt Maha Adil? Sekaya apapun dan setinggi apapun jabatan seseorang, tidak selamanya hidup mereka tersenyum. Sebaliknya semiskin apapun dan sesederhana apapun seseorang, tidak selamanya hidup mereka menangis. Tawa dan tangis mi­lik setiap orang tanpa dibedakan kelas sosial-ekonomi. Bahkan sangat boleh jadi justru orang kaya dan pejabat lebih banyak dirundung duka ketimbang orang miskin. Resep hidup yang dita­warkan Al-Qur'an sangat singkat: "Wa qili'malu fa sayarallahu 'amalakum" (Berkaryalah, nanti Allah menunjukkan hasil karyanya).

Demikian pula soal beban dosa dan rasa rasa bersalah. Al-Qur'an meningingatkan kita: "Wal tandhur nafsun ligadin!" (Tataplah hari esoknya!) tanpa pernah terbebani beban masa lampau. Serahkan diri sepenuhnya kepada Al­lah Swt lalu beranilah menempuh jalan baru ke­hidupan yang lebih bermakna. Tidak ada dosa besar jika yang datang Tuhan Yang Maha Be­sar (Allahu Akbar). Sebesar apapun dosa ses­eorang pengampunan-Nya jauh lebih besar.

Dalam sebuah riwayat diceritakan ada se­orang pemuda yang malang melintang hidup­nya selalu tenggelam di dalam doa dan kemak­siyatan. Masyarakat mengekstradisi pemuda ini ke luar pengkampungan warga. Dalam keadaan lemah si pemuda ini merenungi nasibnya di tepi sebuah telaga. Ia menyaksikan ada seekor an­jing kehausan dari tadi berusaha untuk meng­gapai air telaga tetapi terlalu dalam untuk di­capai bagi seeokor anjing. Akhirnya si pemuda ini didorong rasa iba, ia membuka sepatunya lalu mengambil air dari telaga itu, kemudian diberikan kepada anjing itu. Ia senang sekali menyaksikan anjing itu minum dengan begitu lahapnya dari air yang ada di dalam sepatu pe­muda itu. Mendengar cerita ini maka Nabi men­gomentari bahwa pemuda itu kelak adalah pen­ghuni syurga.

Pelajaran penting dari cerita yang dikisahkan dalam hadis ini menunjukkan kepada kita bah­wa dosa sebanyak apapun dan sebesar apapun jika disadari, lalu diimbangi dengan perbuatan baik, baik terhadap sesama maupun makhluk hidup Tuhan lain seperti anjing yang baru saja ditolong pemuda tadi, akan menuai ampunan Tuhan. Pengampunan Tuhan seperti yang ditu­jukan kepada pemuda tadi disebabkan karena si pemuda itu menyadari seluruh dosa dan kes­alahannya. Ia tidak frustrasi terhadap pengam­punan Tuhan dan iapun mengganti perbuatan jahatnya dengan perbuatan baik, meskipun itu baru dilakukan kepada binatang. Apa yang di­lakukan pemuda itu sesungguhnya itulah yang disebut dengan tawwab (shifting). ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA