Suami istri ini semakin hari semakin dibaÂkar rasa benci terhadap Rasulullah Saw, karena popularitas dan pengaruhnya semakin berkurang seiring dengan bertambahnya pengikut Nabi. Puncak kebenciannya muncul dengan turunnya ayat sebagai berikut: Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia pasti binasa. Seluruh harta benda dan apa yang ia usahakan tidaklah berguna baginya. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak, dan (begitu pula) istrinya sambil membawa kayu bakar (neraka), yang di lehernya ada tali dari sabut. (Q.S. al-Masad/111:1-5).
Ayat ini semakin membuat suami istri ini nekat untuk membinasakan Nabi dan menghancurkan ajaran yang dibawanya (Islam). Istri Abu Lahab sangat kompak dengan suaminya unÂtuk membinasakan Nabi. Suatu saat istri Abu Lahab mengumpulakn kayu-kayu berduri lalu dipasang di tempat-tempat yang dilewati Nabi ketika pergi berdakwah. Inilah kemudian diaÂbadikan dalam Al-Qur'an dengan kata: Fi jidiha hablun min masad, yakni kayu-kayu berduri untuk menghadang jalannya Rasulullah Saw. Sebagian ulama Tafsir menyebutnya sebagai "penyebar api dendam", sebagai makna metaforis dari kata "pembawa kayu bakar" tadi.
Suatu ketika istri Abu Lahab nekat untuk membinasakan Nabi dengan memegang sebongkah batu untuk memukulkan ke kepala Nabi, namun gagal. Suatu ketika terjadi peristiwa penting. Istri Abu Lahab masuk ke masjid Nabi untuk menghancurkan Nabi. Melihat keadaan tersebut, Asma’ binti Abu Bakr, menyampaiÂkan niat buruk istri Abu Lahab ke Abu Bakar. Abu Bakar menceritakan segera kepada Nabi terhadap rencana buruk istri Abu Lahab. Nabi dengan tenang mengatakan: "Dia tidak akan melihatku" lalu Nabi membaca ayat: "Dan apa bila engkau (Muhammad) membaca Al-Qur'an, kami adakan suatu dinding yang tidak terlihat antara engkau dan orang-orang yang tidak beriman kepada kehidupan akhirat" (Q.S. al- Isra'/17:45). Istri Abu Lahab masuk ke mesjid, mencari Nabi di dalam mesjid tetapi tidak meÂlihatnya, lalu keluar dari mesjid marah-marah. Padahal, Nabi sesungguhnya sedang duduk di hadapannya.
Tidak cukup dengan itu, kedua putranya yang masing-masing mengawini putri-putri Nabi dimÂinta untuk menceraikan istri mereka. Semula anak-anaknya tidak mau, tetapi karena kedÂuanya akan diancam akan diumumkan di pubÂlik bahwa kedua anaknya bukan lagi anaknya, akhirnya keduanya bersama-sama menceraiÂkan putri Nabi. Putra pertamanya bernama Atabah (Utbah bin Abu Lahab) menceraikan Ruqayyah, putri Nabi; dan Muktib (Utaibah bin Abu Lahab) menceraikan Ummu Kaltsum, juga putri Nabi. ***