Namun, prestasi itu seakan terkubur, lantaran saat proses penyerahan ke Kejaksaan Agung (Kejagung), SH tak diborgol. Sebaliknya sebagai koruptor SH justru dinilai mendapat sambuÂtan yang berlebih. Sejumlah kalangan mengkritik Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Sutiyoso dan Jaksa Agung M Prasetyo yang terkesan mengisÂtimewakan koruptor kelas kakap itu. Jaksa Pras yang kemarin dihubungi
Rakyat Merdeka, tak mau ambil pusing mendengar kritik tersebut.
"Orang nggak paham saja itu, kita bisa maklumi. Kayak penonton bola, di luar lapangan itu kan komentarnya macam-macam. Tapi disuruh melakuÂkan sendiri belum tentu paham dia," kata Jaksa Pras saat meÂnanggapi kritikan tersebut. Berikut ini pernyataan lengkap Jaksa Pras;
Apa alasan Anda bikin peÂnyambutan pada saat pemulanÂgan buronan BLBI Samadikun Hartono, sementara pada buroÂnan yang lain tidak?Jadi begini, kalian harus tahu yang bawa Samadikun Hartono dari Shanghai itu siapa. Kepala BIN kan. Jadi kalaupun Jaksa Agung datang ke sana bukan untuk menjemput Samadikun Hartono.
Kita harus menghormati dan menghargai Kepala BIN, yang suÂdah membawa itu dari Shanghai. Itu bentuk dari pada kerja sama dan sinergitas antar lembaga. Jangan dimaknai macam-macam lah, jangan negative thinking, tidak ada seperti itu.
Tapi tangannya juga tidak diborgol seperti halnya buroÂnan yang lain. Itu kenapa?Masalah tidak diborgol itu bagian dari deal otoritas China supaya diperlakukan dengan baik. Ya harus dilaksanakan, ini bagian dari deal. Karena mereka di sana diperlakukan secara baik, ya cobalah untuk tidak diborgol.
Yang penting kan dia pulang kemari dan langsung dieksekuÂsi. Nggak ada kompromi kan. Malam itu juga kita kirim ke Lembaga Pemasyarakatan. Apa yang kurang... Jangan berpikir negatif. Itu bagian dari deal suÂpaya diperlakukan seperti itu.
Mungkin karena dirasa janggal?Kapan selesai (persoalan) bangsa ini kalau banyak yang berpikir negatif. Kapan negara ini menjadi baik, kalau semua dipikir negatif. Yang penting kan Samadikun-nya datang, kemudian kita masukkan ke lemÂbaga pemasyarakatan, menjalani sanksi pidananya dan berikutnya kita kejar asetnya.
Kok bisa ada deal tidak boleh diborgol?Ya itu kan seperti yang disamÂpaikan Pak Kepala BIN kalau itu, sampai di sini pun coba tidak diborgol dan lain sebagainya. Kan dari awal tidak diborgol. Jangan disalahkan ke kita.
Tapi negative thinking ini sudah telanjur berkembang, usaha keras lembaga Anda menjadi tidak diapresiasi. Bagaimana Anda menyikapinya?Saya bisa memahami lah, karena orang nggak ngerti jadi bicaranya macam-macam. Ini bagian dari strategi kita. Kalau orang melihat bahwa perlakuanÂnya seperti itu, kita harapkan yang lain juga akan dengan suka rela menyerahkan diri.
Apa langkah selanjutnya yang Anda ambil terkait kasus Samadikun?Kita akan telusuri asetnya. Malam itu juga langsung ditÂanya itu bagaimana dengan uang penggantinya. Dan dia mengataÂkan akan merundingkan dengan keluarganya. Makanya saya perintahkan JAM Pidsus waktu itu supaya ada anak-anaknya, agar diklirkan sekalian.
Selain Samadikun masih banyak lagi buronan BLBI lainnya yang masih berkeliaran bebas. Itu bagaimana, apakah pengejarannya dihentikan?Berhenti bagaimana, ini kan siÂsa-sisa peninggalan lama semua. Setelah 13 tahun, baru sekarang ditangkap di era kita ini. Kita keÂnal dengan Samadikun Hartono pun tidak. Kok kita dikatakan memperlakukan istimewa, di mana istimewanya.
Apakah Kejaksaan akan kembali memperlakukan buron BLBI ini dengan istimewa?Tidak ada sedikitpun kita memperlakukan istimewa keÂpada koruptor yang berhasil ditangkap dan dipulangkan. Bagi kita yang terpenting adalah hasil akhirnya, mereka segera dijebloskan ke penjara tanpa kompromi dan selanjutnya kita segera berusaha mengeksekusi dan menagih seluruh jumlah uang telah dikorupnya.
Oh ya, selain di luar negeri, beberapa yang terlibat BLBI kabarnya masih berkeÂliaran bebas di dalam negeri. Bagaimana itu?Pesan kita, tidak ada tempat yang aman bagi para koruptor. Tapi tidak serta merta seperti semudah membalikkan telapak tangan. Sekarang mereka di mana, kalau di Singapura kan sulit. Nah kita berikan apresiasi untuk Singapura yang Hartawan (buron kasus Bank Century) itu. Kita berharap sebetulnya yang lain-lain juga diperlakukan seperti itu sehingga kita bisa membawa pulang mereka ke Indonesia.
Korupsi ini kan extra orÂdinary crime, sama dengan kasus narkoba dan terorisme. Apakah perlakuannya akan sama?Koruptor juga sama saja. Koruptor itu memang banyak uangnya, tapi Insya Allah kita nggak akan bisa dibeli dengan uangnya itu ya. ***
BERITA TERKAIT: