"Dan (di antara orang-orang munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid unÂtuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk meÂmecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu." (Q.S. al-Taubah/9:107).
Bukan hanya itu, Abdullah ibn Ubay ibn Abi Salul juga ternyata seorang germo yang memÂpekerjakan sejumlah budak untuk melayani para hidung belang. Ia memiliki banyak koleksi budak untuk dijadikan pemuas nafsu dan baÂyarannya diambil semuanya. Salahseorang primadona budak piaraannya bernama MusaiÂkah, sekian lama menjadi budak piaraan Ibn Abi Salul mendapatlan hidayah masuk Islam. Ia bertekad untuk meninggalkan dunia hitam yang dipaksakan kepadanya sebagai budak. Ia tekun belajar Islam dan banyak bertanya soal Islam terhadap para perempuan muslim yang merdeÂka. Ia sudah bertekad meninggalkan dunia pelacuran dengan segala resikonya.
Suatu ketika para pelanggan rumah bordil Ibn Abi Salul yang dibangun dengan bangunan khusus dengan motif warna merah, didatangi peÂlanggan tokoh dari kalangan Yahudi. Tamu ini meÂminta dilayani oleh sang primadona, Musaikah. Namun Musaikah menolak untuk melayani tamu.
Mendengar cerita pembangkangan ini, maka Abdullah ibn Ubay ibn Abi Salul marah besar, lalu Musaikah disiksa dengan keji. Disiksa seÂcara fisik maupun secara non fisik tetapi MuÂsaikah tidak bergeming sedikit pun. Ia tetap mempertahankan ajaran agama baru yang diaÂnutnya dan tidak lagi akan menodai dirinya denÂgan keaksiyatan.
Yang membebani pikiran Musaikah ialah dosa masa lampaunya yang terpaksa ia lakuÂkan sebagai budak non muslim. Ia menjalani hidupnya sebagai perempuan prostitusi. Ia sanÂgat dibayangi dan dibebani rasa berdosa karÂena pekerjaan yang dipaksakan majikannya ialah sebagai prostitusi. Dalam keadaan geÂlisah Musaikah seperti itu maka turunlah ayat yang menenangkan dirinya:
Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian (diri) mereka, sehingga Allah memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan budak-budakmu yang mengÂinginkan perjanjian (supaya mereka dapat membebaskan diri mereka dengan perantara perjanjian ini), hendaklah kamu buat perjanjian dengan mereka, jika kamu mengetahui ada keÂbaikan pada mereka (dan mereka mampu menÂjalani kehidupan mereka sendiri setelah merdeÂka), dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang telah Dia karuniakan keÂpadamu. Dan janganlah kamu paksa budak-budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedang mereka sendiri mengingini kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan dunÂiawi. (Q.S. al-Nur/24:33). ***