Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang dari mereka mendapÂat balasan dari dosa yang dikerjakannya. Dan siaÂpa di antara mereka yang mengambil bahagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu baginya azab yang besar. Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terÂhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: "Ini adalah suatu berita bohong yang nyata. Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita boÂhong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangÂkan saksi-saksi maka mereka itulah pada sisi AlÂlah orang-orang yang dusta." Sekiranya tidak ada karunia dan rahmat Allah kepada kamu semua di dunia dan di akhirat, niscaya kamu ditimpa azab yang besar, karena pembicaraan kamu tentang berita bohong itu. (Ingatlah) di waktu kamu menÂerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan juga dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit pun, dan kamu menÂganggapnya suatu yang ringan saja. Padahal hal ini di sisi Allah adalah besar. Dan mengapa di waktu mendengar berita bohong itu kamu tidak berkata, "Sekali-kali tidaklah pantas bagi kita membicarakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang besar. Allah menasiÂhatimu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu beriman, dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadaÂmu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha BiÂjaksana. Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi merÂeka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetaÂhui. Dan sekiranya tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kamu semua, dan Allah Maha Penyantun dan Maha Penyayang, (niscaya kamu akan ditimpa azab yang besar)." (Q.S. al- Nur/24:11-20).
Setelah ayat-ayat tersebut turun, maka konsoliÂdasi internal umat Islam saat itu langsung berubah. Nabi Muhammad Saw bertambah yakin terhadap kebenaran hasil investigasi yang dibentuknya, khususnya tim yang dipimpin oleh Usama ibn Zaid. Keluarga Aisyah ra, terutama keluarga besar Abu Bakar, bisa lebih lega karena anak kandungnya terkena fitnah. Umat Islam dari berbagai wilayah menjadi tenteram karena yang membersihkan nama baik Aisyah ialah sembilan ayat yang tegas. Orang-orang yang selama ini ragu terhadap kredibilitas keÂluarga Nabi menjadi yakin dengan turunnya kelÂompok ayat tersebut. Sebaliknya musuh-musuh Islam, khususnya kaum munafiq yang ditokohi sang provokator Abdullah ibn Ubay ibn Abi Salul, kehilangan gairah. Usaha untuk menggembosi progresifitas penyebaran Islam tidak berhasil.
Dengan turunnya ayat-ayat tersebut di atas justru kembali menampilkan Aisyah sebagai figÂur populer yang sangat menentukan. Meskipun usianya masih sangat muda tetapi mampu meÂnenggelamkan popularitas isteri-isterinya yang lain. Hal ini bisa kita lihat banyaknya hadis Nabi yang direkam melalui mulut Aisyah ra berjumlah 2210 hadis, urutan keempat setelah Abu Hurairah (5374), Abdullah ibn Umar (2630), Anas (2210) hadis. Bahkan Aisyah berani tampil berhadapan dengan Ali ibn Abi Thalib, suami dari putri suaminÂya, Nabi Muhammad Saw. ***