Perempuan Yang Diungkap Al-Quran (31)

Penyatuan Antara Ratu Dan Raja

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 21 Maret 2016, 09:14 WIB
Perempuan Yang Diungkap Al-Quran (31)
nasaruddin umar:net
DIPLOMASI terakhir yang dimainkan Ratu Balqis ialah ia memimpin sendiri delegasi dan pasukannya menghadapi kekuatan Nabi Sulaiman. Kita belum tahu dandanan seperti apa yang digunakan Ratu Balqis un­tuk menundukkan Nabi Su­laiman. Yang jelas Ratu Balqis datang dengan sejumah hadiah mewah. Di lapis belakang di situlah pasukan elit dan pa­sukan tempur yang siap sedia untuk menyerbu Kerajaan Nabi Sulaiman. Namun setelah mer­eka sampai di perbatasan, Ratu Balqis bersa­ma para pasukan mereka bagaikan muka yang tertampar, mereka takjub menyaksikan keka­yaan dan kehebatan Nabi Sulaiman. Sepan­jang jalan yang dilewatinya terdiri atas bebat­uan yang berasal dari intan permata mahal. Mereka juga dijemput oleh binatang-binatang buas yang tertib dan rapi berbaris namun siap juga untuk menerkam. Tidak ada cara lain bagi Ratu Bulqis selain mengalah dan mengakui ke­hebatan Nabi Sulaiman (Q.S. al-Naml/27:42). Pemberian hadiah dan gratifikasi bagi seorang yang memiliki kekuatan iman tidak akan per­nah mempan. Sebaliknya pemberian hadiah dan gratifikasi memalukan dirinya sendiri. Ratu Balqis akhirnya mengalah tanpa melakukan perlawanan. Ia berpikir percuma saja melawan dengan kekuatan yang maha dahsyat. Pasukan tempurnya bukan hanya tentara tangguh beru­pa manusia tetapi juga binatang buas. Belum lagi pasukan jin yang mereka tidak lihat.

Jalan paling elegan bagi Ratu Balqis ialah menyatukan dua kekuatan. Kedua tokoh, Ratu dan Raja ini sama-sama memasuki istana. Sang Raja mempersilakan Sang Ratu: "Masuklah ke dalam istana. Maka ketika dia (Sang Ratu) meli­hat (lantai istana) itu, dikiranya kolam ikan yang besar, lalu diangkatnya kedua penutup betis­nya. Dia (Sulaiman) berkata, Sesungguhnya ini hanyalah lantai istana yang dilapisi kaca. Dan Balqis berkata, Ya Tuhanku, sungguh aku telah berbuat zalim terhadap diriku. Aku berserah diri bersama Sulaiman kepada Allah, Tuhan selu­ruh alam".

Dalam kitab-kitab Tafsir dijelaskan, keduanya melangsungkan 'perkawinan' dan melahirkan generasi baru yang tangguh. Keuntungan yang diperoleh dari pertemuan kedua tokoh tersebut antara lain, rakyat menjadi senang dan tenang, bersatunya dua kekuatan, terhindarnya dari ma­lapetaka peperangan dan terwujudnya kestabilan dan kesejahteraan di dalam masyarakat.

Pengalaman Ratu Balqis ini juga mendukung pernyataan ayat-ayat lain yang memberikan kes­empatan kepada kaum perempuan untuk men­jadi pemimpin, seperti: "Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan, sebagian mer­eka adalah 'pemimpin' bagi sebagian yang lain, mereka menyuruh mengerjakan yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar…" (9:71). Ayat ini mengisyaratkan kemungkinan laki-laki dan perempuan dapat menjadi penguasa/pemimpin atau beropposisi dalam arti menyeru kepada ke­benaran dan mencegah kebatilan. Perempuan di­idealisasikan memiliki kemandirian politik (60:12) dan kemandirian ekonomi guna memperoleh kehidupan yang layak (16:97). Perempuan dan laki-laki mempunyai kapasitas yang sama seba­gai hamba (4:124) dan khalifah (2:30). Bahkan Al-Qur'an menyerukan 'perang' terhdap suatu negeri yang menindas kaum perempuan (3:75). Oleh karena itu, semua penafsiran yang bersifat menindas harus ditinjau kembali karena itu pasti tidak sejalan dengan visi dan misi Al-Qur'an. Mari kita belajar dari sosok figure Balqis. Tidak mung­kin tuhan menceritakan begitu panjang di dalam Al-Qur'an tanpa pesan mendalam bahwa perem­puan juga bisa menjadi pemimpin. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA