Sebagai Ratu yang demokratis, Balqis tidak langsung mengambil keputusan sendiri/ terutama menyangkut keselamatan dan kredibilitas negerÂinya. Ketika mendapat surat Balqis mengajak berÂmusyawarah para pembesarnya: "Wahai para pembesar berilah aku pertimbangan dalam uruÂsan ini, aku tidak pernah memutuskan sesuatu perÂsoalan sebelum kalian berada di dalam majlisku (27:22). Para pembesarnya menjawab: Kita memiÂliki potensi kekuatan dan keberanian, dan keputuÂsan berada di tanganmu, maka pertimbangkanlah apa yang akan kamu perintahkan". (27:33). Dari diÂalog antara peimpin dan para pembesarnya dapat disimpulkan bahwa kerajaan Saba' memang layak menjadi bangsa yang besar. Ada pemimpin tertinggi yang demokratis, ada pembesar yang dan bawaÂhan yang taat dan santun, dan ada rakyat yang patuh. Wajar kalua dalam Al-Qur'an Ratu balqis disebut: "Pemilik pemerintahan superpower" (laha 'arsyun 'adhim/27:23) dan negerinya dilukiskan dengan baldatun thayyibah wa Rabbun gafur atau negoro kang lohjinawi, toto tentrem kerto raharjo, ialah Ratu Balqis.
Di tempat yang berbeda, nun jauh di sana juga ada kerajaan hebat yang dipimpin seorang laÂki-laki bernama Nabi Sulaiman. Ia juga memiliki masyarakat yang sangat unik karena warganya buÂkan hanya bangsa manusia tetapi kolaborasi antara jin, binatang, burung, ikan, dan angin (lihat artikel terdahulu). Meskipun seorang Nabi da pemimpin kerajaan, Nabi Sulaiman juga mengajak para pembesar dan tokoh dari berbgai komunitasnya unÂtuk bermusyawarah. Terutama dalam menghadapi kemungkinan yang akan ditempuh oleh kekuatan Balqis menanggapi suratnya. Musyawarah dipuÂtuskan bangsa jin yang akan menjemput perhiasan yang akan dipersembahkan kepada Nabi Sulaiman sebagai hadiah jika ia ingin mengalah atau bekerÂjasama. Sementara binatang buas yang akan menÂjemput pasukan Ratu Balqis di perbatasan. Bangsa jin dan ikan berusaha untuk mencari intan dan berÂlian untuk dijadikan batu-batuan yang akan ditaburÂkan di halaman istana.
Begitu Ratu Balqis masuk di perbatasan, ia tercengang karena ternyata masih ada keraÂjaan lebih besar dari kerajaan yang dipimpinÂnya. Tidak ada artinya pasukan elit di tengah barisan pasukan binatang buas. Tidak ada artÂinya perhiasan yang bertatahkan intan berlian karena batu-batu krikil istana yang diinjaknya dari intan berlian. Alangkah kagetnya ketika menyaksikan perhiasan yang akan dipersemÂbahkannya sampai duluan, padahal kunci beÂrangkasnya dipegangnya sendiri. Lebih kaget lagi setelah masuk di istana Sulaiman, disangÂka air lalu menyingkap roknya ternyata lantai kaca yang di bawahnya ada akuarium berisi ikan-ikan hias. ***