Zulaikhah tidak ingin menjadi bulan-bulanan gossip sendirian. Zulaikhah mengundang para isteri pejabat lain hadir di suatu tempat dalam sebuah acara khusus, sebagaimana dikisahkan dalam Al-Qur’an: "Maka tatkala wanita itu (ZuÂlaikha) mendengar cercaan mereka, diundangÂnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk meÂmotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka." Maka tatkala wanita-wanita itu melihatÂnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: "Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. SeÂsungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia." (Q.S. Yusuf/12:31).
Peristiwa ini digunakan oleh Zulaikhah unÂtuk meringankan beban sosialnya di dalam masyarakat, khususnya di lingkungan peremÂpuan elit. Zulaikhah dikutip mengatakan: "ItuÂlah dia orang yang kamu cela aku karena (terÂtarik) kepadanya, dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan seÂsungguhnya jika dia tidak menaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan dipenjarakan dan dia akan termasuk golongan orang-orang yang hina." (Q.S. Yusuf/12:31).
Strategi Zulaikhah untuk meredam issu yang terjadi pada dirinya berhasil. Semenjak kejadiÂan dalam acar yang diadakan Zulaikhah yang membuat jari-jari tangan perempuan terlua karÂena ketampanan Nabi Yusuf, maka semenjak itu gossip meredah. Menceritakan aib Zilaikhah sama dengan menceritakan aibnya sendiri. Mereka juga terbukti menjadi korban ketampanÂan Nabi Yusuf. Mereka baru sadar kalau Nabi Yusuf betul-betul bukan hanya tampan tetapi menawan, rendah hati, dan berakhlak mulia.
Di tempat lain, Nabi Yusuf mulai menyadari betapa rawan dirinya tinggal di lingkungan istaÂna. Apalagi dalam keadaan sebagai pemuda lajang dengan segudang kepercayaan khusus kepada dirinya. Dengan menyadari kenyataan tersebut, maka Nabi Yusuf memohon kepada Allah Swt agar bisa diselamatkan dari berbagai macam fitnah. Ternyata kedahsyatan fitnah meÂnenggelamkan kenyamanan istana. Mungkin karena itu Nabi Yusuf mengucapkan sebuah doa yang aneh, sebagaimana disebutkan daÂlam Al-Qur'an: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan merÂeka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (Q.S. Yusuf/12:33). Akhirnya Nabi Yusuf diperkenankan doanya (Q.S. Yusuf/12:33). Ia dipelihara Tuhan agar terhindarkan dari berbÂagai fitnah, walaupun harus menyepi di penjara dan meninggalkan gemerlapnya istana. ***