Panglima TNI: Indonesia Jadi Rebutan Di Tengah Perang Pangan Dan Energi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/aldi-gultom-1'>ALDI GULTOM</a>
LAPORAN: ALDI GULTOM
  • Sabtu, 12 Desember 2015, 11:00 WIB
Panglima TNI: Indonesia Jadi Rebutan Di Tengah Perang Pangan Dan Energi
gatot nurmantyo/net
rmol news logo Indonesia di masa depan menghadapi tantangan berat, yaitu membludaknya jumlah penduduk dunia, habisnya cadangan energi minyak bumi pada 2043 dan krisis pangan dunia.

Hal itu diungkapkan Panglima TNI, Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, saat menjadi pembicara dalam Sosialisai Empat Pilar MPR RI dan Seminar  Bela Negara hasil kerjasama DPD RI dengan Ikatan Alumni Resimen Mahasiswa Indonesia (IARMI) Provinsi Sulawesi Selatan di Makassar, Sabtu (12/12), yang dihadiri lebih dari 2 ribu anggota Menwa.

Gatot berpidato di hadapan Wakil Ketua MPR RI, Oesman Sapta Odang (Oso), yang sebelumnya memberi sosialisasi Empat Pilar. Acara ini juga menghadirkan Pangdam VII/Wirabuana Mayor Jenderal Agus Surya Bakti, Kapolda Sulawesi Selatan Irjen Pol Pudji Hartanto Iskandar, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, Walikota Makassar Ramdhan Pomanto dan anggota DPD RI Bahar Ngitung.

Gatot mengatakan, idealnya bumi ini hanya mampu menghidupi 3-4 miliar penduduk. Namun kenyatannya, saat ini jumlah penduduk dunia sudah mencapai 7 miliar jiwa.

Setelah 2011, ada 7 miliar penduduk bumi, maka yang terjadi adalah bencana kemiskinan. Hampir 15 juta anak meninggal karena kelaparan dalam satu tahun.

"Saya sangat khawatir apakah TNI berdasar UU TNI mampu menjaga keutuhan NKRI dengan melihat jumlah penduduk kita yang membludak. Ini sangat mengkhawatirkan karena jumlah penduduk overload," ujar Gatot.

Akibat bertambahnya penduduk itu adalah krisis energi. Data tahun 2011 menyebut sisa cadangan minyak dunia tinggal 45 tahun. Tahun 2043, minyak dunia akan habis. Saat itu penduduk dunia diperkirakan mencapai 12,3 miliar jiwa.

"Semua penghasil minyak terlibat konflik, terakhir adalah Ukraina yang melibatkan AS dan Rusia. Lebih dari 70 persen konflik dunia berlatar belakang energi," katanya lagi.

Gatot melanjutkan, di kawasan ekuator, ada tiga negara dan kelompok negara yaitu NKRI, kelompok Arika Tengah dan Amerika Latin. Kawasan ini mempunyai kesuburan sepanjang tahun, dan bisa bercocok tanam sepanjang tahun. Satu-satunya yang paling mudah diintervensi dan dikooptasi adalah NKRI.

"Apabila energi habis digantikan bioenergi, dan penduduk membludak maka wilayah kita akan menjadi rebutan," lugasnya.

"Yang tadinya terjadi perang energi, maka jadi perang pangan, energi dan air. Tadinya konflik di bumi Arab, maka akan pindah ke negara kita. Di Asia, hanya Indonesia yang terletak di ekuator," tambah Gatot.

Karena itu, Gatot menekankan, Indonesia harus bersatu, bersiap dan bangkit. Ia mengkhawatirkan Indonesia dikooptasi lewat tangan politikus busuk yang jadi antek kepentingan asing.

"Inilah kekhawatiran kita akan politikus busuk yang dikendalikan dari luar, seperti disampaikan Pak Oso tadi," ujar Panglima.

"Semua ingin menguasai Indonesia. Apakah 28 tahun lagi, pada 2043, anak dan cucu kita bisa hidup layak? Kalau kita tidak bangkit dan bela negara, maka kita tak bisa selamatkan anak cucu kita," pungkasnya.[ald]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA