Di samping penjual madu, ada seorang penjual terong hanya bisa termangu menyaksikan pemÂbeli menyerbu dagangan madu di sampingnya, sementara dagangan terongnya tidak ada yang mampir membeli. Rupanya si penjual terong tidak kehabisan akal. Ia pun mengarang sebuah hadis yang isinya mirip dengan hadis yang diteriakkan oleh penjual madu. Ia membuat hadis palsu dan meneriakkannya berulang-ulang: Wahai para pengunjung pasar, kemarilah membeli terongku, Rasulullah pernah bersabda: Al-Bazinjan da'u kulli dawa' (terong bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit). Alhasil, dagangan penjual terong juga laris manis. Hadis palsu tersebut sering dijadikan contoh dari hadis palsu di dalam kitab-kitab ulumul hadis.
Dalam kesempatan lain, ketika Ibu MegaÂwati Soekarnoputri mencalonkan diri sebagai Presiden, sebuah spanduk raksasa yang berisi hadis Nabi terpampang di sebuah kampus beÂsar: Lan yufliha qaumun wallau amrahum imÂraatan (Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusannya diurus oleh seorang perempuan). Di tempat lain dipajang spanduk isinya ayat Al-Qur'an: Al-Rijal qawwamun 'ala al-nisa' (Laki-laki pemimpin bagi perempuan/ Q.S. al-Nisa'/4:32). Jelas tujuan spanduk-spanduk dan brosur itu bertujuan mencekal Ibu Megawati sebagai calon Presiden. Perolehan suara Ibu Megawati tergolong kurang di kaÂwasan itu, namun tidak berhasil mencekalnya sebai Presiden.
Secara terselebung hingga saat ini dalil-dalÂil agama masih sering dipolitisasi untuk "menÂembak" seseorang atau sekelompok orang. BuÂkan hanya dalam dunia politik tetapi juga dalam dunia bisnis. Ada produk-produk dipoles dengan ayat atau hadis tetapi pada merek lain dijadikan sasaran kampanye hitam untuk menjatuhkan produk itu. Perang antara kelompok radikal denÂgan kelompok liberal juga menggunakan ayat dan hadis. Kesemuanya ini menunjukkan begitu gamÂpang orang mencapai sasarannya dengan poleÂsan dalil-dalil agama. Yang paling menyedihkan, kalimat-kalimat suci diucapkan untuk mengekÂsekusi secara kejam orang-orang yang dianggap musuhnya, seperti kita saksikan di media-media sosial tentang perlakuan ISIS terhadap tawanan perangnya.
Menjelang pemilukada serentak di seluruh Indonesia, perlu dicermati adanya politisasi dalil-dalil gama oleh para pihak yang berusaÂha meraih kemenangan dengan meneksploitaÂsi dalil-dalil agama. Mungkin ada kandidat meÂmaksakan pemahaman ayat atau hadis untuk mendukung simbol-simbol partainya dengan mencomot simbol-simbol ayat, baik untuk tuÂjuan meraih dukungan publik maupun untuk menyerang lawan politik. ***