Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Tak Ingin Cuma jadi Pasar, Menperin Dorong Selandia Baru Investasi Langsung

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Kamis, 22 Oktober 2015, 21:21 WIB
Tak Ingin Cuma jadi Pasar, Menperin Dorong Selandia Baru Investasi Langsung
rmol news logo Menteri Perindustrian Saleh Husin menerima kunjungan Menteri Perdagangan dan Perubahan Iklim Selandia Baru, Tim Groser di kantornya, Jakarta, Kamis (22/10).

Dalam pertemuan itu, Menperin mengingatkan Selandia Baru untuk tidak hanya menjadikan Indonesia sebagai pasar produk mereka. Tapi juga berinvestasi langsung.

"Nilai produk dairy dari Selandia Baru mencapai Rp 6 triliun yang menandakan Indonesia pasar penting bagi mereka. Maka kita minta mereka untuk berinvestasi langsung di Indonesia terutama di industri dairy, jangan cuma jadi pasar dong," kata Menperin kepada pers usai pertemuan.

Selandia Baru memiliki industri unggulan produk olahan susu (dairy) yang diekspor ke Indonesia. Nilai produk makanan-minuman, termasuk dairy, yang berasal dari negara itu mencapai USD 456 juta.

Saat ini, imbuhnya, merupakan saat yang tepat bagi investor global menanam modal di Indonesia. Beberapa paket kebijakan ekonomi tengah digulirkan untuk mendorong aktivitas industri.

Selandia Baru dapat menjadikan Indonesia sebagai basis produksi susu untuk dipasarkan ke pasar domestik dan pasar ASEAN. Investasi dari negara itu dapat dilakukan dengan menggandeng perusahaan lokal.

Saleh juga mengungkapkan, kerjasama investasi kedua negara sejatinya menguntungkan Selandia Baru karena dapat mengatasi salah satu kendala yang dihadapi peternakan sapi yaitu pasokan makanan ternak.

"Saat musim dingin, ketersediaan rumput di sana terbatas padahal itu pakan utama sapi," ujarnya.

Masalah tersebut dapat dibantu diatasi dengan memberikan pakan lain yakni bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Expeller/PKE) yang merupakan salah satu produk sampingan CPO.

Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia dan menghasilkan PKE dalam jumlah besar yang dapat dimanfaatkan oleh peternak sapi di Selandia Baru untuk tambahan pakan ternaknya.

Karena memang produk dari Indonesia yang dikapalkan ke Selandia Baru antara lain makanan ternak, besi baja, karet olahan dan pupuk.

Selain itu, kedua negara telah bekerja sama dalam pengembangan pembangkit listrik panas bumi di Indonesia. "Mereka punya keunggulan teknologi geothermal yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan industri ketenagalistrikan di Indonesia yang akan memasok peralatan bagi pembangkit listrik panas bumi," ujar Dirjen Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Achmad Sigit Dwiwahjono.

Sejauh ini, investasi Selandia Baru terus melesat. Jika pada 2013 penanaman modal dari negara itu hanya USD 446 ribu dengan 11 proyek, maka pada 2014 melonjak menjadi USD 17,5 juta dengan 6 proyek. Sementara hingga pertengahan tahun ini saja, investasi Selandia Baru tercatat USD 14 juta yang tersebar di 6 proyek.

Pada kesempatan itu, Mendag Selandia Baru Tim Groser mengajak Indonesia bergabung dalam kerjasama Trans-Pacific Partnership (TPP). Perjanjian TPP melibatkan 12 negara dengan AS menjadi motor.

Saat ini empat anggota ASEAN bergabung dalam TPP, yaitu Brunei, Malaysia, Singapura, dan Vietnam. Anggota lain adalah Australia, Kanada, Cile, Jepang, Meksiko, Selandia Baru, Peru, dan AS.

"Khusus untuk TPP, tentu kita akan berkomunikasi dengan Kementerian Perdagangan sebagai leading-sector dan kementerian lainnya," ujar Menperin sembari menegaskan Pemerintah Indonesia tetap fokus pada pengembangan industri domestik dan perlindungan terhadap produk dalam negeri. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA