Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kepemimpinan Horizontal untuk Peningkatan Daya Saing Daerah

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/fritz-e-simandjuntak-5'>FRITZ E. SIMANDJUNTAK</a>
OLEH: FRITZ E. SIMANDJUNTAK
  • Kamis, 15 Oktober 2015, 13:38 WIB
TANGGAL 9 Desember 2015, sistem demokrasi Indonesia akan menorehkan sejarah baru di mana hampir 269 daerah akan melakukan pemilihan langsung kepala daerahnya masing-masing. Tidak kurang dari sekitar 810 pasangan akan bertarung meraih posisi nomor 1 di daerah.

Masing-masing calon kepala daerah sudah mulai mensosialisasikan program-programnya yang pada umumnya bernuansa populis, seperti: memberantas kemiskinan, bebas kesehatan dan pendidikan, rumah murah, mengurangi tingkat pengangguran, reformasi birokrasi dan lain-lain. Sementara langkah-langkah kongkrit untuk meningkatkan perekonomian maupun daya saing daerah melalui peningkatan investasi belum ada yang menyentuh.

Sangat menarik studi yang dilakukan oleh LKY School of Public Policy National University of Singapore (NUS) dan Neli McCulloch dari AusAID Indonesia tentang daya saing provinsi di Indonesia. McCulloch bahkan membandingkannya dengan provinsi di Vietnam.  

Ada empat ruang lingkup studi yang dilakukan NUS tahun 2012 tersebut yaitu stabilitas ekonomi makro, perencanaan pemerintah dan institusi, kondisi keuangan, bisnis dan tenaga kerja, serta kualitas hidup dan pembangunan infrastruktur. Dari ke empat ruang lingkup studi ini dihasilkan 19 indikator daya saing di setiap provinsi.

Hasilnya, skor daya saing seluruh provinsi di Jawa di atas rata-rata nasional. Sementara seluruh provinsi di Indonesia Timur, kecuali Sulawesi, berada di bawah rata-rata nasional. Ini kembali membuktikan besarnya ketimpangan antara Jawa dan Indonesia Timur. Provinsi DKI Jakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, Kalimantan Timur dan Kepulauan Riau menempati peringkat 5 teratas.

Pertanyaannya adalah apakah pilkada mendatang akan menghasilkan pemimpin yang mampu meningkatkan daya saing masing-masing daerahnya? Atau malah yang muncul sebagai pemenang adalah pemimpin yang hanya menikmati APBD sebagai Kepala Daerah?

Menurut James Canton, Phd dalam bukunya "The Extreme Future", iklim demokrasi akan memberikan peluang untuk perbaikan ekonomi. Kenapa? Karena demokrasi memberikan kesempatan bagi individu untuk berpikir kreatif dan melakukan inovasi. Kompetensi dan kapasitas setiap individu dapat secara terbuka berkembang melalui pendidikan dan kesehatan.

Tersedianya infrastruktur internet yang tersambung dengan perusahaan telah membentuk sebuah jaringan global yang sangat terbuka bagi setiap individu di manapun berada. Sehingga produktivitas dapat ditingkatkan dan peluang idebaru dalam bisnis juga dapat diperoleh.  

Sebuah pemerintahanpun tidak mungkin lagi menghalangi warganya untuk mengeluarkan pendapat, berinovasi atau berhubungan dengan siapapun di dunia ini. Didukung oleh keterbukaan media sosial, maka peluang daerah untuk meningkatkan daya saingnya akan terbuka lebar. Tantangannya adalah kepemimpinan semacam apakah yang dibutuhkan oleh setiap daerah saat ini?

Fenomena Jokowi yang terpilih sebagai Presiden RI ke 7, gaya kepemimpinan Ahok, Risma dan Ridwan Kamil di beberah daerah menggambarkan bahwa masyarakat lebih membutuhkan gaya kepemimpinan yang horizontal.  

Dalam bukunya berjudul Leadership 3.0, Ardhi Ridwansyah yang mengutip pakar Social Intelligence Skills StephenJ. Simson, menyatakan ada 6 aspek dalam model kepemimpinan horizontal yang cocok untuk Indonesia. Yaitu: aspek fisik, aspek intelektual, aspek emosional, aspek kemampuan sosial, aspek personal, dan aspek moral. Keenam aspek tersebut perlu menjadi perhatian para calon kepala daerah mendatang.

Mengapa hal tersebut perlu, karena kepemimpinan horizontal pada hakekatnya adalah pemimpin yang menempatkan dirinya sejajar dengan rakyatnya (aspek kemampuan sosial) dan semata bekerja untuk rakyatnya.  Sri Sultan Hamengkubuwono IX berhasil melepaskan batas antara pemimpin-rakyat dalam setiap kali berinteraksi dengan rakyatnya.  Bukunya berjudul "Tahta untuk Rakyat" secara jelas menggambarkan, meskipun Sultan Hamengkubuwono IX memperoleh gelar kebangsawanan sebagai Raja karena keturunan, tetapi dia tetap menjadikan posisi tersebut untuk pengabdian kepada rakyat.

Aspek yang juga penting dari kepemimpinan horizontal untuk peningkatan daya saing daerah adalah aspek intelektual terutama menyangkut kreativitas untuk melakukan inovasi (creative thinking) dan terobosan-terobosan yang membumi atau dapat dijalankan dengan segera (practical thinking). Rakyat sudah bosan dengan rutinitas janji-janji kampanye, tetapi rakyat menginginkan pemimpin yang mampu mewujudkan harapan mereka.

Portal pendidikan www.khanacademy.org adalah contoh bagaimana sebuah ide kreatif yang membumi mampu merubah total metode pengajaran interkasi antara guru dan murid. Idenya ditemukan oleh Salman Khan, seorang pekerja di bidang keuangan, saat diminta saudaranya untuk mengajarkan pelajaran matematika lewat internet.

Ringkasnya, melalu portal tersebut para guru bisa berinteraksi dan mendeteksi perkembangan setiap muridnya secara online. Sudah ada 200 jutaan mata pelajaran yang bisa diakses melalui portal ini. Kreatif berpikir dan bisa diimplementasikan oleh Salman Khan sangat diapresiasi oleh Bill Gates yang kemudian memberikan bantuan keuangan agar portal pendidikan tersebut dapat terus berkembang.

Berkaitan peningkatan dengan daya saing setiap daerahnya, hal  yang menarik adalah uniknya hubungan antara setiap daerah ke depan yaitu saling "bersaing" tapi pada saat bersamaan juga "berteman". Artinya secara nasional mereka adalah bagian dari NKRI. Tetapi dalam merebut pasar dan investor, baik itu pasar dalam negeri maupun luar negeri, di era globalisasi dan keterbukaan di ASEAN sekarang ini setiap daerah akan saling bersaing.

Itu sebabnya setiap kepala daerah harus fokus dulu pada peningkatan produk berdaya saing tinggi yang dimiliki setiap daerah. Apakah itu produk sumber daya alam, tekstil, pendidikan, sepatu, makanan, farmasi dan lain-lain.  Produk-produk tersebut harus memiliki keunikan dan dikemas sedemikian rupa untuk meraih konsumen di negara lain dengan label tertentu.  Misalnya "Made for China", "Made for United Kingdom".

Mendorong daerah menjadi pemain global mestinya juga menjadi prioritas pemerintahan Jokowi-JK.  Karena itu di tingkat pusat perlu dipertimbangkan adanya sekumpulan ahli yang membantu jokowi-JK dalam wadah "Komite Globalisasi Produk Indonesia". Komite ini lebih fokus pada upaya melakukan identifikasi produk-produk Indonesia yang bisa bersaing di tingkat global. Dibandingkan negara lain, produk terkenal Indonesia di pasar dunia masih terbatas, yaitu Indomie, Kacang Garuda.

Kita berharap Pilkada serentak kali ini akan menghasilkan model kepemimpinan horizontal seperti Jokowi, Ahok, Ridwan Kamil dan Risma. Karena model kepemimpinan inilah yang akan menumbuhkan optimisme masyarakat bahwa proses demokrasi politik memang akan membawa perbaikan bagi mereka dan meningkatkan daya saing daerahnya.  Mereka adalah pemimpin transformasional bukan transaksional.

Penulis adalah Sosiolog, anggota senat Indonesia Marketing Association dan tinggal di Jakarta

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA