Untuk mewujudkan doktrin ini, Nabi tidak hanÂya menganjurkan toleransi terhadap penganut agama lain tetapi mencontohkannya sekaligus. Banyak tokoh yang hanya bisa bicara tentang toleransi tetapi dalam sikap dan tindakannya berbeda dengan apa yang sering dibicarakanÂnya. Nabi dan para sahabatnya tidak pernah sedikit pun ragu untuk bekerjasama dan berÂtoleransi dengan orang-orang non Islam kareÂna dasarnya di dalam Al-Qur'an bergitu banyak dan begitu tegas. Diantara ayat-ayat itu ialah:
Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. (Q.S. al-Mumtahinah/60: 7-8). Dan jika seorang di antara orang-orang musyrikin itu meminta perlindungan kepadamu, maka lindungilah ia supaya ia sempat mendengar firman Allah, keÂmudian antarkanlah ia ke tempat yang aman baginya. Demikian itu disebabkan mereka kaum yang tidak mengetahui. (Q.S. al-Taubah/9: 6).
Suatu ketika Nabi menerima delegasi non-muslim yang terdiri atas tokoh-tokoh lintas agama berjumlah 60 orang, 14 orang di antaranÂya dari kelompok Kristen Najran. Rombongan tamu dipimpin oleh Abdul Masih. Rombongan ini diterima di Mesjid dengan penuh persahabaÂtan. Bahkan menurut Muhammad ibn Ja'far ibn al-Zubair, sebagaimana dikutip Abdul Muqsith dalam kitab "Al-Shirat al-Nabawiyyah", karya Ibn Hisyam, Juz II, h. 426-428, ketika waktu keÂbaktian tiba, maka rombongan tamu Rasulullah ini melakukan kebaktian di dalam mesjid denÂgan menghadap ke arah timur. Ia tidak membeÂda-bedakan tamu berdasarkan kelas dan status sosial. Luar biasa riwayat ini. Ini sekaligus memÂbuktikan bahwa Nabi pantas dikagumi oleh seÂmua orang tanpa membedakan agama, suku, dan golongan. Pantas kalau ia dinobatkan seÂbagai Peringkat Utama dari 100 tokoh terkemuÂka yang pernah dilahirkan di muka bumi ini oleh Michael Hart, atau Tokoh Utama di antara 11 Tokoh yang pernah lahir di muka bumi ini oleh Thomas Carlile. Yang paling penting bagi kita semua bagaimana kearifan nabi ini bisa diikuti oleh semua pihak. Nabi Muhammad saw, tokoh yang sering disebut lahir jauh melampaui kurun waktunya ini betul-betul menarik untuk dikaji.
Kebijakan-kebijakn dan statmen-statmennya selalu tepat untuk semua orang dan di setiap waktu. Nabi hampir-hampir tidak pernah ada orang yang tersinggung pada setiap kebijakan dan statmennya. Kita tentu merindukan sosok orang seperti ini. ***