KEKUATAN SILATURRAHIM (2)

Sejarah Halal bi Halal

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 22 Juli 2015, 12:59 WIB
Sejarah Halal bi Halal
nasaruddin umar/net
HALAL BI HALAL adalah is­tilah bahasa Arab yang tidak difahami orang-orang Arab. Halal bi Halal memang bu­kan bahasa Arab normal. Kata tersebut berasal dari akar kata halla-yahillu, be­rarti singgah, memecahkan, melepaskan, menguraikan, mengampuni. Halal bi Halal kini menjadi istilah lain dari silaturrahim. Beda antara keduanya ialah Halal bi Halal hanya di­gunakan untuk mengiringi kepergian bulan suci Ramadhan, sedangkan silaturrahim berlaku secara universal, menerobas batas waktu dan tempat.

Asal-usul Halal bi Halal ini bermula ketika anak-anak muda masjid kauman Jogyakarta. Mereka kebingungan mencari tema untuk me­wadahi dua moment istimewa. Satu sisi per­ayaan Idul Fitri sebagai wujud kemerdekaan spiritual dan sisi lain baru saja dilakukan Prokla­masi Kemerdekaan RI, seperti diketahui prokla­masi Kemerdekaan RIbertepatan dengan sayyidul ayyam: Jum'at dan sayyidus syahr: Ramadhan. Bagaimana supaya kedua peristi­wa ini terangkum menjadi satu, lalu diadakan­lah sayembara kecil-kecilan untuk menemukan tema yang akan ditulis di dalam spanduk. Saat itu muncul berbagai kreasi untuk memaknai suasana batin Idul Fitri.

Salahseorang seniman mengusung tema Ha­lal bi Halal yang intinya saling memaafkan, sal­ing merelakan, dan saling menghalalkan. War­ga yang pernah dikucilkan masyarakat karena terlibat mata-mata Belanda atau penghianat bangsa, diserukan untuk dimaafkan. Momen­tum Idul Fitri digunakan untuk menggalang per­satuan dan kesatuan dalam mengisi kemerde­kaan. Sejak itu, Halal bi Halal menjadi popular dan diterima semua pihak, karena berisi pesan integrasi bangsa. Melalui acara Halal bi Halal jangan lagi ada dendam antara satu sama lain. Lapangkan dada dan hilangkan warna-warni perbedaan lokal di hadapan kebesaran Allah Swt. Semuanya harus bersatu membangun bangsa Indonesia yang bermartabat dan tetap menjunjung tinggi religiusitas bangsa.

Halal bi Halal kemudian menjadi salahsatu produk budaya Islam Indonesia dan sekaligus menjadi salahsatu "produk ekspor" Indonesia ke manca negara, khususnya di kawasan Asia Tenggara. Di Malaysia berawal dari perkebu­nan kelapa sawit yang di sana jutaan WNIkita bekerja. Setiap usai lebaran mereka berpindah-pindah dari blok ke blok perkebunan, biasanya berdasarkan asal daerah masing-masing. Lama kelamaan tradisi ini berlangsung di kota-kota yang semula hanya menjadi arena silaturrahim antara sesama WNI. Halal bi Halal ini menjadi familiar di Malaysia dan Brunei. Hal yang sama terjadi juga di negara-negara lain, termasuk di Riyadh, dan Kuwait.

Terakhir kepemimpinan Presiden Obama di AS spirit Halal bi Halal ini menghiasi Gedung Putih setiap Hari Raya Idul Fitri. Yang pal­ing terakhir dalam bulan Ramadhan tahun ini, pemerintah New York State mengumumkan liburan resmi setiap Hari Raya Idul Fitri dan Hari raya Idul Adha.

Halal bi Halal kini semakin membudaya di In­donesia. Hampir setiap kantor pemerintah dan swasta melakukan tradisi Halal bi Halal, setelah para karyawan kembali dari mudiknya. Costnya tidak terlalu mahal tetapi memiliki makna batin yang luar biasa. Solidaritas dan semangat kerja bisa dibangkitkan kembali melalui momentum Halal bi Halal. Terjalin kembali tali silaturrahim antara pipmpinan tertinggi sampai karyawan paling rendah di dalam kantor. Subhanallah.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA