BERKAH RAMADHAN (44)

Naiklah dari Shabir ke Mashabir!

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 15 Juli 2015, 10:00 WIB
Naiklah dari Shabir ke Mashabir!
nasaruddin umar/net
MENJADI shabir tidak ter­lalu berat, yang amat berat ialah menjadi mashabir. Kata shabir menunjukkan kepada orang yang sabar, tetapi ke­sabarannya masih temporer, masih memberi batas, dan sewaktu-waktu masih bisa lepas kontrol sehingga kes­abaran menjadi lenyap. Se­dangkan kata mashabir berarti orang yang sabar dan kesabarannya bersifat permanen tanpa ba­tas. Kalau ada orang yang membatasi kesaba­ran dalam kurun waktu tertentu, seperti ungkapan "tapi kesabaran kan punya batas", maka orang itu belum masuk ketagori mashabir. Sedangkan shabur hanya berlaku untuk Allah Swt. Karena itu, salahsatu sifat Allah yang ditempatkan dalam asma' yang terakhir ialah al-Sabur.

Perbedaan antara kedua istilah tersebut dii­lustrasikan di dalam bentuk kisah nyata dalam Al-Qur'an. Nabi Ayyub orang yang paling sabar di dalam Al-Qur'an. Ia dicoba oleh Allah Swt dengan penyakit aneh. Sekujur tubuhnya mancur dan mem­busuk. Bukan hanya itu, luka di sekujur tubuhnya dikerumuni belatung. Akibatnya ia dipencilkan oleh masyarakat, termasuk oleh isteri yang selama ini mendampinginya. Ia dibuang jauh di luar perkam­pungan di sebuah pegunungan. Ia hidup di dalam sebuah gua yang gelap dan sedih.

Suatu ketika ia termenung dan memandangi belatung yang sedang menggerogoti tubuhnya. Ia tiba-tiba berubah pandangan terhadap bela­tung-belatung yang menggerogoti tubuhnya. Ia menjadikan belatung-belatung tersebut sebagai temannya dan mengatakan, wahai para belatung, sahabatku, makanlah sepuas-puasnya dagingku karena kalian semua sekarang sudah menjadi sahabatku. Kalau hari-hari yang lampau kalian kuanggap musuhku, kemana-mana saya mencari tabib untuk memusnahkan kalian, maka sekarang satu-satunya yang bersedia menemaniku di keg­elapan malam di dalam gua ini hanyalah kalian. Semua orang, termasuk anggota keluargaku, membuang aku di tempat yang jauh ini.

Setetelah sekian lama Allah Swt menguji Nabi Ayyub, maka suatu ketika ia diperintahkan oleh Allah untuk melakukan sesuatu: "Hantamkanlah kakimu; inilah air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum" (Q.S. Shad/38:42). Setelah Nabi Ayyub memukulkan kakinya ke tanah maka tiba-tiba mencuak aliran air jernih dan sejuk dari bekas tumit Nabi Ayub. Nabi Ayyub minum dan mandi dari air itu dan tiba-tiba ia merasakan perubahan yang amat besar di dalam dirinya. Ia tidak me­nyaksikan lagi luka di dalam dirinya dan sahabat-sahabat belatungnya tiba-tiba menghilang entah kemana. Bahkan bekas-bekas luka pun tidak tampak pada diri Nabi Ayyub. Ia lalu sembah su­jud kepada Allah Swt dan bersyukur atas diakhir­inya seluruh cobaan pada dirinya. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA