"Livi adalah sosok langka. Masih muda dan menjadi sutradara, menembus
belantara perfilman Hollywood, pemerintah mendukung apa yang
dilakukannya karena membawa nama Indonesia," kata Menperin Saleh usai menerima Livi Zheng di kantornya, Jakarta, Senin (13/7).
Menteri Saleh juga mengaku antusias untuk berdiskusi tentang
industri film dan berupaya membantu kebutuhan para sineas seperti dara 26 tahun tersebut. Pasalnya, film merupakan magnet bagi sektor lainnya
seperti menjadi ajang promosi daerah, budaya hingga sumber daya manusia
pegiat perfilman nasional yang mumpuni di tataran global.
"Livi misalnya, dia sudah bikin dua film dan sedang observasi lokasi bersama timnya untuk film berikutnya di Indonesia. Artinya, industri film AS ditarik ke Indonesia. Produksi di sini dan para sineas, para talent kita dilibatkan. Jadi kita tidak hanya menjadi pasar," jelasnya.
Pada pertemuan itu pula, Menperin langsung berkomunikasi melalui telepon dengan Kepala Badan Ekonomi Kreatif, Triawan Munaf untuk memperkenalkan Livi.
"Saya sangat senang sekali, Pak Menteri Perindustrian dan pemerintah mendukung saya. Begitu juga KBRI di AS, support seperti ini sangat berarti," aku Livi yang bersama adiknya juga bermain dalam film ini.
Selesai diproduksi akhir tahun lalu, film Brush with Dragon†sudah wira-wiri di bioskop-bioskop kota besar AS seperti New York, Ohio, Dallas hingga San Fransisco. Film ini juga sudah beredar di bioskop-bioskop di Meksiko, menyusul kemudian ke Thailand dan Jepang.
Dia berharap karyanya yang bercerita tentang perjuangan imigran gelap masuk ke AS ini dapat beredar di Indonesia. Targetnya, akhir tahun 2015 sudah dapat tayang di bioskop Tanah Air.
Film pertama Livi ini juga termasuk dalam daftar layak pilih untuk Academy Award Ke-87 (Oscar 2015) bersama film lain seperti
The Hobbit: The Battle of Five Armies, Interstellar, dan Transformers: Age of Extinction.
Kepada Menperin yang didampingi Dirjen IKM Euis Saedah, Livi mengungkapkan industri film di Indonesia sangat prospektif untuk digeluti sineas nasional maupun para produser film luar negeri.
"Kualitas kita nggak kalah, talentnya banyak. Beda daerah, beda pula budayanya yang bisa di-explore. Kita
very lucky, sangat beruntung sebagai orang Indonesia," terang Livi yang menegaskan tidak bakal berganti kewarganegaraan meski bermukim dan bekerja di AS.
Lebih lanjut, Dirjen IKM Euis Saedah mengatakan industri film dapat menjadi lokomotif industri lainnya seperti fesyen. Ada dua ekonomi kreatif yang didongkrak oleh film, yaitu
production design dan
costume design. Industri film nasional sudah banyak memajukan dua hal ini, apalagi jika makin banyak produser dari luar negeri memproduksi film di sini,†paparnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: