Dikisahkan bahwa Abdullah bin Ja'far pergi menengok kebunnya. Di tengah perjalanan, ia melihat seorang budak hitam yang tengah bekÂerja di kebun kurma. Budak itu membawa tiga poÂtong roti sebagai bekal makanannya. Lalu seekor anjing mendekatinya, dan Budak itu melemparÂkan sepotong rotinya kepada anjing itu dan diÂmakannya. Kemudian setelah habis dimakan, ia melemparkan sepotong lagi dan anjing itu melaÂhapnya. Kemudian ia melemparkan sepotong rotinya yang ketiga pada anjing itu dan anjing itu melahapnya hingga habis. Abdullah bertanya: "Berapa bekal makananmu setiap hari?" JawabÂnya: Hanya tiga potong roti." Abdullah bertanya lagi: "Mengapa engkau memberikan semuanya kepada anjing itu, dan engkau sendiri tidak maÂkan?" Ia menjawab: "Sebab di daerah kami tidak ada anjing, jadi aku pikir anjing ini pasti datang dari jauh dalam keadaan lapar, dan aku tidak mau mengusirnya." Tanya Abdullah lagi: "Lalu, apa yang engkau makan hari ini?" Ia menjawab: "Aku berlapar saja sampai besok." Kata Abdullah: "BeÂnar-benar inilah yang namanya dermawan yang murah hati, dan budak ini lebih dermawan dari pada aku. Akhirnya, aku membeli kebun itu dan segala isi dan peralatannya serta budak itu, lalu aku memerdekakannya dan kuberikan semuanya kepada si budak tadi.
Kedermawanan bagi orang-orang kebanyaÂkan (awwam) sudah cukup, meskipun tidak terÂtutup kemungkinan untuk naik ke maqan al-jud. Kedermawanan sudah mampu mendekatkan diri seseorang kepada Tuhannya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw: "Orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surga, dekat dengan sesama manusia, dan jauh dari neraka. Sedangkan orang yang kikir jauh dari Allah, jauh dari surga, jauh dari manusia, dan dekat dengan neraka."
Keterangan dari ayat dan hadis di atas menunjukkan betapa mulianya orang yang dikaruniai kemurahan hati (al-jud). Dalam era sekarang ini mungkin orang seperti ini langÂka. Yang banyak ditemukan ialah kebalikanÂnya, yaitu kikir dan pelit. Bahkan banyak orang yang sesungguhnya sudah mampu, tetapi diraÂsuki kebiasaan meminta-minta, mereka suka menumpuk harta dan tanpa perasaan bersalah membiarkan hartanya menumpuk di bawah penguasaannya, sementara di sekitarnya banÂyak orang menjerit diterpa kemiskinan. ***