BERKAH RAMADHAN (31)

Jangan Demonstratif!

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Jumat, 03 Juli 2015, 10:44 WIB
Jangan Demonstratif!
nasaruddin umar/net
"TAHUKAH kalian siapa orang yang mendustakan agama. Itulah orang yang menghardik (tidak care) ter­hadap anak yatim. Dan tidak menganjurkan memberi ma­kan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat. (Yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya. Orang-orang yang berbuat riya. Dan enggan (menolong dengan) barang berguna." (Q.S. al-Ma'un/107:1-7).

Inti ayat ini sangat tegas melarang orang un­tuk menjalani kehidupan ini dengan demonstratif. Salahsatu ciri kehidupan demonstratif itu ialah riya, suka memamerkan kelebihan diri di tengah orang-orang yang di bawah level diri kita. Seka­lipun orang itu langganan shalat tetapi shalatnya menjadi percuma jika ia secara terbuka mende­monstrasikan keutamaan yang melekat pada di­rinya. Sebagai contoh, sudah tahu dalam masa paceklik, masih tega menggunakan pakaian dan perhiasan berlebihan, termasuk kendaraan dan gaya hidup demonstratif lainnya.

Memang ada ayat mengungkapan keutamaan dan fadhilah yang diberikan oleh Allah Swt, antara lain dalam ayat: "Dan terhadap nikmat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur)." (Q.S. al-Dhuha/93:11). Akan tetapi secara umum dikatakan pengungkapan berlebihan terhadap harta yang dimiliki jangan sampai membuatkan takjub dan ujub yang mun­cul di dalam diri kita. Sifat-sifat seperti ini dengan tegas dilarang dalam Al-Qur'an: Hai orang-orang beriman, janganlah kamu menghilangkan (paha­la) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena ria kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemu­dian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak mengua­sai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir. (Q.S. al-Baqarah/2:264).

Sikap demonstratif sekarang hampir menyen­tuh semua dimensi kehidupan manusia. Tidak terkecuali di dalamnya para ahli agama atau praktisi agama. Selalu saja melekat aspek dun­iawi di dalam mengukur segala sesuatu. Ilmuan belum tentu arif. Ilmuan yang hanya terpesona dengan keajaiban ilmu pengetahuan lantas tidak memperhatikan filosopi ilmu dan lingkungan so­sialnya maka berpotensi menjadi orang congkak, pongah, dan sudah barang tentu tidak mengun­dang respek orang lain sekalipun ia pintar. Orang yang arif, di samping mencintai ilmu pengetahuan ia juga sadar bahwa ilmu bukan untuk ilmu, tetapi untuk kemanusiaan dan untuk menunjang kapasi­tas manusia sebagai hamba dan khalifah di bumi. Idealnya seorang ilmuan adalah juga seorang arif dan seorang yang arif juga sekaligus ilmuan.

Dengan demikian, akan terwujud ilmuan dan sekaligus orang arif secara paripurna. Sepintar apapun seorang ilmuan mestinya menghindari penilaian sikap demonstrator di dalam penampi­lan kita sehari-hari.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA