Latihan spiritual seperti ini juga pernah diperÂkenalkan oleh Nabi Zakariya. Suatu ketika ia sangat berhasrat memiliki anak. Ia tak pernah berhenti berdoa agar ia bisa memiliki anak ketuÂrunan, meskipun keduanya sudah berusia lanjut. Sebagai wujud tanda syukur dan sekaligus nazar sekiranya ia berhasil dikaruniai anak maka ia akan berpuasa bicara selama tiga hari, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur'an: "Zakaria berkata: "Ya Tuhanku, berilah aku suatu tanda". Tuhan berfirman: "Tanda bagimu ialah bahwa kamu tidak dapat bercakap-cakap dengan manusia selama tiga malam, padahal kamu sehat". (Q.S. Maryam/19:10). Akhirnya doanya dikabulkan dan Nabi Zakariya pun menunaikan nazarnya.
Puasa bicara atau diam bukan pekerjaan muÂdah bagi orang normal. Namun Allah Swt selaÂlu mengingatkan kita agar hati-hati soal bicara, sebagaimana firman-Nya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar". (QS. Al-Ahzab/33:70). Dalam hadis Nabi disebutÂkan: "Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan Rasulunya maka hendaklah ia mengataÂkan yang benar atau lebih baik diam". Nabi juga mengingatkan kita: "Sesungguhnya dosa yang paling banyak dilakukan oleh anak cucu Adam adalah pada lidahnya". "Musibah itu terwakiÂli melalui ucapanâ€. "Sesungguhnya dosa yang paling banyak dilakukan oleh anak cucu Adam adalah pada lidahnya". "Barangsiapa yang banÂyak bicara, banyak juga kekeliruannya. BarangÂsiapa yang banyak kekeliruannya, banyak juga dosanya. Barangsiapa yang banyak dosanya, maka nerakalah yang paling tepat tempatnya".
Kalangan sufi pernah mengatakan bahwa diam adalah keselamatan dan itulah yang esÂensial, sedang bicara adalah bukan esensial. Orang-orang masih memperselisihkan, mana yang lebih utama antara diam dan bicara. NaÂmun, yang lebih tepat adalah masing-masing antara diam dan bicara memiliki keutamaan dibandingkan dengan yang lain tergantung pada situasi dan kondisinya. Diam lebih utama dilakukan pada situasi dan kondisi tertentu, dan pada situasi lain, justru bicara lebih utama.
Namun tidak selamanya diam itu baik. AdakaÂlanya seseorang harus dan wajib biara, terutama menyuarakan kebenaran, sebagaimana sabda Nabi: "Katakanlah kebenaran itu meskipun pahit". Basyar al-Hafi pernah mengatakan: "Jika suatu pembicaraan membuatmu terkagum-kagum, maka sebaiknya anda diam saja. Dan jika diam justru membuatmu terkagum-kagum, maka seÂbaiknya anda angkat bicara". ***