Suatu ketika Nabi memimpin shalat, tiba-tiÂba cucunya, Hasan dan Husain keluar dari kaÂmarnya dan masuk ke mihrab menaiki punggung Nabi yang sedang sujud ketika memimpin shaÂlat. Nabi menunggu cucunya turun baru bangkit kembali. Seusai shalat, salah seorang jamaah bertanya, mengapa sujudnya Nabi tadi panjang sekali tidak seperti biasanya? Nabi menjelaskan kalau cucunya sedang naik di punggungnya keÂtika ia sujud. Ia menunggu sampai turun baru bangkit, khawatir jangan sampai nanti jatuh. Dalam kesempatan lain Nabi penah memimpin shalat cepat sekali lantaran ada anak kecil meÂnangis di belakang yang ibunya sedang shaÂlat. Pertanyaannya di sini, apakah Nabi dengan shalat seperti tadi bisa disebut khusyuk?
Sesungguhnya yang dimaksud khusyuk ialah ketenangan dan kepasrahan terhadap Tuhan di dalam melaksanakan ibadah, khususnya dalam shalat. Soal di dalam shalat terlintas pikiran lain maka itu manusiawi. Yang penting jangan samÂpai rukun dan syarat sah shalat terganggu karÂena terlalu jauh terlena dan menghayal, terlebih jika ketiduran di dalam shalat. Khusyu' secara harfiah berarti rendah, takluk, dan merendahÂkan diri kepada Tuhan. Khusyuk dalam pengeÂrian popular dapat diartikan dengan sikap seÂorang hamba yang sangat tenang dan fokus hanya kepada Allah Swt.
Di dalam Al-Qur'an dijelaskan: "Sungguh beruntunglah orang-orang beriman, yang khusyuk di dalam melaksanakan shalat". Dalam ayat lain dikatakan: "Ketahuilah bahwa dengan menginÂgat Allah jiwa menjadi tenang". Kedua ayat ini menggambarkan bahwa khusyuk adalah sesÂuatu yang sangat ideal di dalam shalat, namun kekhusyukan secara sempurna tidak boleh menjadi alasan untuk meninggalkan shalat.
Sulit dibayangkan adanya shalat yang dari awal sampai akhir betul-betul tidak ada ingatan lain seÂlain Allah Swt. Sayyidina Ali ra, pernah menunjukÂkan suatu pengalaman tersendiri bagi kita para umatnya. Suatu ketika ia pernah terkena anak panah di kakinya. Patahan panah itu inpeksi, berÂnanah dan bengkak. Tabibnya merekomendasiÂkan agar patahan anak panah itu segera dicabut jika tidak ingin diamputasi. Sayyidina Ali berpeÂsan: "Jika engkau akan mencabutnya cabutlah ketika aku shalat dan sukses tanpa sedikitpun Ali bergerak". Seusai shalat, Ali bertanya: "Mengapa kalian tidak mencabut patahan anak panah itu?" Sesudah dicabut maka patahan anak panah itu keluar dengan berlumuran darah dan nanah.
Kekuatan khusyuk terletak di dalam hati. Hati yang aktif untuk menjalin komunikasi dengan unÂsur dalam hati kita maka diharapkan mendatangÂkan keajaiban dalam berbagai bentuk, sesuai tingkat kedalaman dan penghayatan kita. Khusyu' adalah pengalaman pribadi. Oleh karena itu, kita perlu belajar, kalau perlu mencatat, pengalaman-pengalaman batin apa yang dilakukan pada saat kekhusyukan itu terjadi. ***