BERKAH RAMADHAN (20)

Beri'tikaflah!

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Senin, 22 Juni 2015, 10:17 WIB
Beri'tikaflah!
Nasaruddin Umar/net
I'TIKAF ialah berdiam diri di masjid untuk melakukan ibadah dan taqarrub kepa­da Allah Swt. I'tikaf penting untuk mengimbangi daya tarik dunia yang sedemikian merasuk ke dalam jiwa dan pikiran kita selama ini. Da­tanglah ke rumah Tuhan me­nyerahkan diri sepenuhnya. Pasrahkanlah dirinya apapun adanya terhadap Tuhan. Terserah Dia. Jika Ia akan memaafkan kita maka memang Dia Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Akan tetapi jika Dia akan me­nyiksa kita, itu hak-Nya dan memang mungkin pantas kita menerima kenyataan itu, mengingat banyaknya perbuatan kita yang melampau ba­tas dan tidak senono yang kita lakukan.

Selama kita menjalani i'tikaf tidak dibenarkan melakukan berbagai perbuatan duniai, seperti berhubungan suami-isteri, keluar masuk masjid tanpa keperluan, dan dianjurkan menutup au­rat serta memperbanyak amalan ibadah seperti dzikir, wirid, tafakkur, tadzakkur, di samping sha­lat dan membaca ayat suci Al-Qur'an. Rangka­ian i’tikaf harus diawali dengan niat. I'tikaf bisa beberapa hari, khususnya pada 10 hari tera­khir ('asyr awakhir) bulan Ramadlan. dan bisa juga beberapa saat. Inti i'tikaf sesungguhnya ialah ibadah rohani, yaitu dengan melakukan muhasabah atau mujahadah. Sebagian ulama berpendapat kalau saja orang bisa melakukan muhasabah dengan dengan baik maka ses­ungguhnya lebih baik baginya dari pada shalat sunat. Muhasabah bisa diisi dengan dzikir dan wirid atau tafakkur dan tadzakkur.

Dzikir dan wirid sesungguhnya sama, hanya bedanya dzikir menyebut dan mengingat na­ma-nama Allah secara umum tanpa ketentuan; sedangkan wirid ialah dzikir yang sudah diatur jumlah dan ketentuannya secara rutin. Tafakkur sudah tidak ada lagi bacaan dan hitungan. Yang ada ialah mengingat dan merenung masa lam­pau kita yang kelam lalu memohonkan ampun kepada Allah Swt. Sedangkan tadzakkur, sudah tidak ada lagi ingatan yang aktif. Yang ada han­yalah ketenangan, kebisuan, dan kepasrahan. Tadzakkur ketika oaring sedang berada pada puncak kekhusyukan, sehingga ia seolah-olah tidak menyadari diri kalau ia sesungguhnya be­rada pada tingkat kesadaran paling tinggi, ting­katan kesadaran para auliya’ dan para Nabi.

Inti kegiatan i'tikaf sesungguhnya ialah ba­gaimana mencapai dan mempertahankan kon­disi kebahagiaan batin tenang, memperkuat optimisme dan semangat juang (al-raja' wa al-mujahadah) di dalam diri. Seseorang perlu sesekali mengecoh kehidupan dunianya den­gan melakukan halwat atau takhannus seperti yang pernah dilakukan Nabi di Goa Hira, keti­ka ia sedang hidup berkecukupan di samping isterinya Khadijah yang kaya dan bangsawan. Untuk kehidupan kita sekarang ini, mungkin tidak perlu mencari goa yang terpencil atau jauh-jauh meninggalkan kediaman dan kelu­arga. Yang paling penting ada suasana 'uzlah (pemisahan diri) sementara dari hiruk pikuknya pikiran ke sebuah tempat yang sejuk dan nya­man. Bisa saja dengan melakukan i'tikaf di sa­lahsatu mesjid, misalnya yang sering dilakukan di dalam bulan suci Ramadlan. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA