BERKAH RAMADHAN (17)

Muhasabahlah!

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Minggu, 21 Juni 2015, 11:18 WIB
Muhasabahlah!
Nasaruddin Umar/net
BULAN Ramadhan paling bagus untuk melakukan introspeksi diri (muhasabah). Jiuka bulan Ramadhan tidak sanggup mengubah diri kita maka bulan apa lagi yang kita tunggu? Idealnya, di dalam malam-malam bu­lan suci Ramadhan kita leb­ih banyak merenung sambil memikirkan sepak terjang kita selama ini. Su­dah benarkah kita berjalan di atas jalan Tuhan (shirath al-mustaqim)? Kalau perlu tersungkur­lah di hadapan Tuhan sambil meratapi dosa masa lampau yang sangat memalukan itu.

Malam-malam Ramadhan sebaiknya kita gu­nakan untuk tafakkur dan tadzakkur, bukannya ketawa terbahak-bahak seperti kesetanan di depan media-media TV yang selalu menyuguh­kan program lawakan dan banyolan, bahkan kekonyolan di tengah keheningan malam. Keri­tikan kita kepada media elektronik yang ber­lomba-lomba menampilkan program tawa-ria di tengah malam, yang sesungguhnya berkon­tradiksi dengan apa yang dipesankan di da­lam ayat dan hadis, agar di malam hari banyak tahajjud dan muhasabah. Ingatlah firman Allah Swt: "Dan pada sebahagian malam hari ber­sembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji". (Q.S. al-Isra’/17:79).

Perlu kita renungkan hadis Nabi: "Ingatlah, demi Dzat yang jiwaku berada dalam gengga­man-Nya, seandainya kalian mengetahui seba­gaimana apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis". Da­lam hadis lain kita diperingatkan: "Orang yang ketawa terbahak-bahak akan dicabut berkah dari wajahnya". Malam-malam Ramadhan sebaiknya kita gunakan untuk lebih banyak merenung dan mengintrospeksi diri terhadap perjalan hidup kita yang mungkin di sana-sini penuh dengan keke­liruan dan kesalahan. Al-Qur'an mengingatkan kita: "Dan mereka menyungkur atas muka mer­eka sambil menangis" (Q.S.Al-Isra:109), "Mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (Q.S. Maryam/19:58).

Di dalam keheningan malam, sangat terasa Tuhan lebih dekat dengan kita sebagai ham­banya. Rasanya Tuhan Maha Mengerti segala kesulitan yang kita hadapi. Terasa juga bahwa sesungguhnya Tuhan tidak pernah mengece­wakan kita. Kitalah yang sering mengecewa­kan-Nya dengan melakukan berbagai pelangg­aran di tengah rezki yang kita nikmati dari-Nya. Saat-saat malam Ramadhan tiba, kita sehar­usnya mengungkapkan rindu dendam kita ke­padanya. Jika seorang hamba merindukan Tu­hannya dan Tuhan pun merindukannya maka tanda utamanya adalah keluarnya air mata rindu dari kedua pelupuk mata seseorang. Terkadang memang sajadah tiba-tiba basah tanpa terasa akibat lelehan air mata, terutama saat-saat su­jud tahajjud tengah malam.

Disebutkan dalam sebuah kitab bahwa ada se­jumlah hamba Tuhan yang cacad mukanya kar­ena air mata tak pernah berhenti mengalir di pip­inya, karena begitu terharu bercampur rindu dan takut peda Tuhannya. Mata yang tidak pernah menangis karena terharu, rindu, takut, atau rindu kepada Tuhan dikhawatirkan jiwanya kering. Kar­ena itu siramilah jiwanya dengan air mata tobat dan rindu kepada Allah Swt. Mungkin kita tidak perlu cacat muka, minimal kita bisa menghindari channel TV yang selalu mengajak kita mabuk di dalam menjelang sahur. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA