Malam-malam Ramadhan sebaiknya kita guÂnakan untuk tafakkur dan tadzakkur, bukannya ketawa terbahak-bahak seperti kesetanan di depan media-media TV yang selalu menyuguhÂkan program lawakan dan banyolan, bahkan kekonyolan di tengah keheningan malam. KeriÂtikan kita kepada media elektronik yang berÂlomba-lomba menampilkan program tawa-ria di tengah malam, yang sesungguhnya berkonÂtradiksi dengan apa yang dipesankan di daÂlam ayat dan hadis, agar di malam hari banyak tahajjud dan muhasabah. Ingatlah firman Allah Swt: "Dan pada sebahagian malam hari berÂsembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu: mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji". (Q.S. al-Isra’/17:79).
Perlu kita renungkan hadis Nabi: "Ingatlah, demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggaÂman-Nya, seandainya kalian mengetahui sebaÂgaimana apa yang aku ketahui, maka kalian akan sedikit tertawa dan lebih banyak menangis". DaÂlam hadis lain kita diperingatkan: "Orang yang ketawa terbahak-bahak akan dicabut berkah dari wajahnya". Malam-malam Ramadhan sebaiknya kita gunakan untuk lebih banyak merenung dan mengintrospeksi diri terhadap perjalan hidup kita yang mungkin di sana-sini penuh dengan kekeÂliruan dan kesalahan. Al-Qur'an mengingatkan kita: "Dan mereka menyungkur atas muka merÂeka sambil menangis" (Q.S.Al-Isra:109), "Mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis". (Q.S. Maryam/19:58).
Di dalam keheningan malam, sangat terasa Tuhan lebih dekat dengan kita sebagai hamÂbanya. Rasanya Tuhan Maha Mengerti segala kesulitan yang kita hadapi. Terasa juga bahwa sesungguhnya Tuhan tidak pernah mengeceÂwakan kita. Kitalah yang sering mengecewaÂkan-Nya dengan melakukan berbagai pelanggÂaran di tengah rezki yang kita nikmati dari-Nya. Saat-saat malam Ramadhan tiba, kita seharÂusnya mengungkapkan rindu dendam kita keÂpadanya. Jika seorang hamba merindukan TuÂhannya dan Tuhan pun merindukannya maka tanda utamanya adalah keluarnya air mata rindu dari kedua pelupuk mata seseorang. Terkadang memang sajadah tiba-tiba basah tanpa terasa akibat lelehan air mata, terutama saat-saat suÂjud tahajjud tengah malam.
Disebutkan dalam sebuah kitab bahwa ada seÂjumlah hamba Tuhan yang cacad mukanya karÂena air mata tak pernah berhenti mengalir di pipÂinya, karena begitu terharu bercampur rindu dan takut peda Tuhannya. Mata yang tidak pernah menangis karena terharu, rindu, takut, atau rindu kepada Tuhan dikhawatirkan jiwanya kering. KarÂena itu siramilah jiwanya dengan air mata tobat dan rindu kepada Allah Swt. Mungkin kita tidak perlu cacat muka, minimal kita bisa menghindari channel TV yang selalu mengajak kita mabuk di dalam menjelang sahur. ***