BERKAH RAMADHAN (13)

Mengenal Metode Rukyah Kelompok Sempalan?

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Rabu, 17 Juni 2015, 08:51 WIB
Mengenal Metode Rukyah Kelompok Sempalan?
NASARUDDIN UMAR/NET
KELOMPOK sempalan yang dimaksud di dalam tulisan ini ialah mereka yang biasanya memutuskan awal bulan qa­mariyah yang berbeda den­gan metode yang selama ini dilakukan oleh mainstream muslim lainnya. Mereka menggunakan metode-metode dan dalil-dalil yang tidak umum dikenal di dalam dunia inteletual muslim. Pada umumnya mereka adalah kelompok atau sekte tarekat tertentu, seperti kelompok tarekat Al-Nadhir yang berpusat di Kabupaten Gowa, Sulaweisi Selatan dan sempalan tarekat Naqsya­bandi yang ada di Sumetera Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Jumlah mereka tidak banyak tetapi menyebar di berbagai propinsi dan sudah mulai melakukan kegiatannya secara ekslusif, misalnya menggunakan mikrofon di dalam me­mekikkan suara takbir sebagai pertanda lebaran keesokan harinya, walaupun kelompok mayoritas puasanya baru memasuki hari ke-27 atau mundur dua hari setelah umat mayoritas merayakannya.

Ketika penulis menjabat sebagai Dirjen Bi­mas Islam, beberapa kali kami mengundang mereka untuk mendiskusikan metode dan dal­il-dalil yang digunakan, namun terdapat kesuli­tan untuk mengubah keyakinan mereka karena lebih kuat mereka berpegang kepada pemimpin kelompoknya ketimbang mengikuti imbauan pemerintah. Kesulitan lain, pemimpin kelompok tarekatnya hanya selalu mengutus orang keper­cayaannya karena yang bersangkutan biasan­ya tidak terbiasa mengambil keputusan dengan cara dialog atau diskusi, tetapi berdasar pada keyakinan pemimpinnya.

Di antara mereka ada yang menentukan awal Ramadhan atau awal Syawal berdasarkan isyarat dari gelombang laut, isyarat dari suara-suara bu­rung, isyarat kejadian-kejadian alam, atau hasil pengamatan mereka terhadap sejumlah bintang di langit. Bahkan di antara mereka mendasarkan pendapatnya dengan cara menutup mata mer­eka dengan surban hijaunya, lalu dengan doa-doa tertentu ia sudah bisa menyaksikan cahaya hilal di pelupuk matanya. Jika pimpinan tarekat­nya sudah meyakini tanggal 1 Ramadhan maka keesokan harinya saling menginformasikan untuk memulai berpuasa. Demikian pula dengan pen­etapan hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Metode-metode tersebut diakui merupakan metode yang sudah turun temurun dipergunakan, hanya bela­kangan baru sempat termediakan.

Metode-metode semacam itu tentu berbeda bahkan tidak pernah dikenal di dalam Ilmu Fikih, khususnya di dalam Ilmu Falak, yang selama ini digunakan kelompok mainstream muslim dalam lintasan sejarah. Dalil-dalilnya pun sulit ditemu­kan di dalam hadis apalagi di dalam Al-Qur’an. Kelompok tarekat memang sering menemukan sumber-sumber lain selain kedua sumber utama tersebut. Agak ironis memang, sebab selama ini kelompok tarekat biasanya tidak banyak fokus mengurus persoalan khilafiyah (fiqhiyyah) dan mereka lebih fokus kepada hal-hal yang bersifat esoterik-bathiniyah, tiba-tiba sekarang lebih fokus berbicara tentang fikih. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA