BERKAH RAMADHAN (3)

Penamaan Bulan Ramadhan

 OLEH: <a href='https://rmol.id/about/nasaruddin-umar-5'>NASARUDDIN UMAR</a>
OLEH: NASARUDDIN UMAR
  • Minggu, 07 Juni 2015, 10:12 WIB
Penamaan Bulan Ramadhan
Nasaruddin Umar/net
PENAMAAN bulan Rama­dhan mempunyai sejarah sendiri yang terkait dengan penamaan nama-nama bu­lan tahun hijriyah. Penamaan hijriyah sebagai pengganti ta­hun Miladiyyah (Masehi) ses­uai dengan keinginan Nabi Muhammad Saw yang ingin memiliki sistem kalendernya sendiri berbeda dengan kalender-kalender lain yang sudah ada saat itu. Harapan Nabi belum terwujud hingga beliau wafat. Nanti Sayyidina Umar memegang tampuk kepemimpinan khalifah baru dipermanenkan kalender tahun qamariyah yang lebih popular dengan tahun Hijriyah. Pen­anggalan Hijriyah menggunakan patokan bulan, berbeda dengan penanggalan Miladiyah atau Masehi yang menggunakan patokan matahari. Penanggalan Miladiyyah lebih tua 581 tahun daripada penanggalan Hijriyyah.

Penggunaan nama-nama bulannya pun se­bagian di antara kita belum jelas. Sebelum Islam datang, bangsa Arab menggunakan sistem pen­anggalan lunisolar dan tahunnya dihubungkan dengan peristiwa terpenting dalam tahun itu. Mis­alnya Nabi Muhammad dilahirkan pada hari Senin, tanggal 12 Rabi'ul Awal tahun Gajah. Disebut Tahun Gajah karena pada tahun itu terjadi kejadian dahsyat, yaitu musnahnya pasukan bergajah yang dipimpin langsung oleh raja Abrahah dari Yaman. Setelah Rasulullah dilantik jadi Nabi, maka saha­bat sering menggunakan momentum itu sebagai penanda tahun, misalnya kejadian Bai'atul 'Aqabah pertama dan kedua, dan even-even lain.

Ketika dunia Islam semakin meluas sampai keluar dari jazirah Arab, terutama pada zaman pemerintahan Khalifah Umar (635-645 M) yang meluas sampai ke kawasan Timur Tengah, maka mendesak sekali untuk ditetapkan sistem kalender yang seragam untuk dunia Islam. Sejak itu para sa­habat dan tabiín berusaha mencari kalender yang bisa digunakan standar kalender Islam. Akhirnya Khalifah Umar bin Khatthab setelah melalui berba­gai tahapan musyawarah menetapkan peristiwa hijrahnya Nabi ke Madina sebagai momentum kalender Islam yang digunakan sampai saat ini.

Bulan Muharram sebagai bulan pertama di­hubungkan dengan tradisi bangsa Arab bahwa menjelang musim dingin, tepatnya sebelum dedaunan menguning, tidak dibenarkan ada peperangan dengan motif apapun, karena itu disebut bulan Muharram. Bulan Shafar (Okto­ber) dihubungkan dengan musim daun-daun menguning (shafar=kuning). Bulan Rabi’ul Aw­wal dan Rabi'ul Akhir (November-Desember) dihubungkan dengan musim gugur (rabi’=rontok) pertama dan kedua. Bulan Jumadil Awwal dan Jumadil Akhir (Januari-Februari): dihubung­kan dengan musim dingin (jumad=beku), pertama dan kedua. Bulan Rajab (Maret) di­hubungkan dengan musim salju mulai mencair (rajab=mencair). Bulan Sya’ban (April): Musim semi (syi’ib=lembah), karena pada saat ini, saatnya turun ke lembah-lembah untuk mengo­lah pertanian atau menggembala ternak. Bulan Ramadhan (Mei) dihubungkan dengan Musim panas (Ramadhan=membakar). Nama ini juga diabadikan di dalam beberapa ayat dan hadis. Bulan Syawwal (Juni) dihubungkan dengan musim semakin panas (syawwal=meningkat). Bulan Dzul’Qa’dah (Juli) dihubungnkan dengan puncak musim panas membuat orang lebih senang istirahat duduk di rumah (dzul’Qa’dah/Qa’id= duduk). ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA