CALON KAPOLRI

Aktivis Harus Waspadai Badrodin Haiti

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/ade-mulyana-1'>ADE MULYANA</a>
LAPORAN: ADE MULYANA
  • Minggu, 22 Februari 2015, 22:55 WIB
Aktivis Harus Waspadai Badrodin Haiti
sya'roni/net
rmol news logo Keputusan Presiden Joko Widodo menunjuk Komjen Badrodin Haiti sebagai calon tunggal Kapolri menggantikan Komjen Budi Gunawan mengundang kecewa. Kalangan DPR, misalnya, sudah siap-siap akan mempertanyakan pergantian ini.

Bagi aktivis pergerakan, sosok Badrodin Haiti tidaklah asing. Pada 2008, kepolisian melalui Direktur I Keamanan dan Transnasional (Kantramas) Mabes Polri yang saat itu dipimpin Badrodin bertindak sangat represif dengan menangkapi para aktivis yang menolak kenaikan harga BBM.

"Tindakan represif Badrodin terhadap para aktivis tidak akan pernah terlupakan. Jika dia menjadi Kapolri, tidak berlebihan jika para aktivis mulai mewaspadainya," ujar Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan (HUMANIKA), Sya'roni, dalam perbincangan dengan Kantor Berita Politik RMOL, Minggu (22/2).

Sya'roni mengingatkan, puncak dari tindakan represif Badrodin menyikapi demonstrasi besar-besaran ketika itu adalah dia mencokok Sekjend Komite Bangkit Indonesia (KBI) Ferry Juliantono. Ferry ditangkap ketika transit di Bandara Kuala Lumpur Malaysia saat sedang dalam perjalanan pulang menuju Indonesia setelah menjadi delegasi Indonesia dalam suatu forum pertanian di China.

Setiba di Bandara Soekarno Hatta, Ferry kemudian dibawa ke Bareskrim Mabes Polri dengan leher terpiting oleh anggota Polri. Dalam pemeriksaan, Ferry dituduh sebagai dalang demonstrasi besar-besaran menentang kenaikan BBM di Jakarta. Selanjutnya, Ferry pun ditetapkan sebagai tersangka.

Tidak hanya itu, Kantramnas Bareskrim Mabes Polri juga menetapkan Ketua KIB, DR. Rizal Ramli sebagai tersangka. Memang pada waktu itu dia selalu mengkritisi kebijakan ekonomi pemerintah, terutama soal kenaikkan BBM. Bahkan Rizal yang dikenal sebagai ekonom senior sempat menantang Presiden SBY untuk debat terbuka menyoal kenaikan BBM.

Ketika itu penetapan Rizal sebagai tersangka menimbulkan tanda tanya besar termasuk dugaan munculnya kasus ini hanya merupakan pesanan penguasa. Banyak yang berkesimpulan langkah Polri tidak murni karena Rizal terlibat pidana, tetapi sebagai langkah politis menjegal lawan politik karena ketika itu manuver politik Rizal jelang pertarungan Pilpres mulai mendapat sambutan sejumlah parpol.

"Mudah-mudahan setelah sekian tahun berlalu dan setelah menjadi Kapolri, Badrodin tidak lagi bertindak represif terhadap gerakan aktivis. Badrodin harus lebih mengedepankan pendekatan persuasif dalam menghadapi gerakan aktivis," tukas Sya'roni.[dem]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA