Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Agar Memenangkan Persaingan, Kota harus Punya Branding

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Jumat, 30 Januari 2015, 21:21 WIB
Agar Memenangkan Persaingan, Kota harus Punya <i>Branding</i>
rmol news logo Kota-kota penyangga Ibukota Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi Cianjur, (Bodetabekjur) saat ini tumbuh pesat sebagai kota hunian.  Namun, kelima kota ini harus bersaing untuk memperebutkan sumber daya. Makanya, kota juga butuhkan branding seperti produk barang dan jasa.

Demikian disampaikan Direktur Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat Fakultas Ekonomi UI (LPEM FEUI) I Kadek Dian Sutrisna Artha, PhD dalam acara diskusi peluncuran Position Paper Branding Tempat” di Kantor LPEM FEUI Jalan Salemba Raya, Jakarta Pusat Jumat (30/1).

Masing-masing harus memiliki positioning yang unik untuk menarik sumber daya yang berbeda dan sesuai dengan proyeksi kebutuhan kota,” ujar ekonom lulusan University of Groningen, Belanda tersebut.

Sementara itu, di tempat yang sama, CEO Makna Informasi Indonesia M Rahmat Yananda, menjelaskan selain potensi ekonomi, kota juga membutuhkan citra dan reputasi yang baik juga unik untuk memenangkan persaingan.

Menyadari kebutuhan tersebut, LPEM FEUI menggandeng Makna Informasi Indonesia, sebuah perusahaan konsultan komunikasi dan riset media yang telah menerbitkan buku tentang Branding Tempat (Place Branding).

Position paper Branding Kota yang diluncurkan hari ini sebagai bagian dari kerja sama tersebut merupakan seri pertama dari beberapa seri yang direncanakan.

Untuk seri pertama, Kota Bogor, Bekasi, Depok, Tangerang dan Tangerang Selatan menjadi fokus pehatian. Position paper seri perdana ini ditulis peneliti dan ekonom perkotaan LPEM FEUI Muhammad Halley Yudhistira, PhD dan konsultan senior Makna Informasi Indonesia Dr. Ummi Salamah. Seri berikutnya akan mengangkat region atau kota lainnya dan bersifat tematik.

Ummi Salamah menjelaskan, citra kota yang terekam di surat kabar maupun media sosial selama ini belum menggambarkan identitas kota tersebut.

"Kota Depok cenderung diangkat dan dibicarakan dalam tone negatif. Demikian juga Kota Tangerang Selatan. Kota Bekasi memiliki masalah citra kota yang serius karena banyak terkait dengan kasus kejahatan berat,” ungkapnya.

Dari analisis ekonomi yang dilakukan, Kota Depok dan Tangerang Selatan sesuai untuk pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan karena kualitas SDM dan infrastruktur yang relatif baik. Sementara Kota Bekasi dan Tangerang adalah kota berbasis manufaktur,” ujar Yudhis.

Akan halnya Bogor, kota ini sesuai untuk dikembangkan menjadi wisata kota (urban tourism). Sedangkan Kota Tangerang, menurut Ummi cukup fokus pada isu-isu pelayanan dasar, khususnya kesehatan. Hanya Kota Bogor yang mampu menyelipkan pesan mengenai potensi wisata kota meski dari segi kuantitas masih minim,” tambah Ummi. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA