Komitmen tersebut disampaikan Sekretaris Militer era Presiden Megawati Soekarnoputri ini mengingat profesi yang ia jalani sekarang sangat berbeda dengan kehidupan TNI yang membesarkannya.
"Saya tahun 2009 mengundurkan diri dari TNI lalu bergabung dengan partai yang disebutkan tadi (PDIP). Saya jujur, sebagai politikus itu terkejut karena kebiasaan sebagai prajurit berbeda dengan politisi," jelas TB Hasanuddin saat memberi sambutan dalam acara Malam Penganugerahan Bintang Emas yang digelar Kantor Berita Politik
RMOL di Hotel Sari Pan Pacific Jakarta (Senin, 22/12).
Dia menceritakan, saat masih di TNI, kalau ditanya atasan dia harus beri jawaban pasti. Misalnya ditanya soal berapa jumlah peluru. Makanya, sebelum menjawab, dia harus menghitung terlebih dahulu. "Siap 7 atau siap 30 komandan," ungkapnya.
Berbeda dengan di dunia politik. Pertanyaan bagaimana seharusnya bisa dijawab dengan bagaimana enaknya. "Kalau ditanya berapa 2 tambah 2, (dijawab) maunya bapak berapa," jelasnya yang langsung disambut gelak tawa.
"Pendekatan nurani sulit didekati. Tapi karena saya sudah terjun di dunia politik, yang sedang gonjang-ganjing ini, saya ikut saja. Saya mohon doa restunya. Yang penting saya tidak diborgol," katanya yang disambut tawa lagi.
Di awal sambutannya, politikus PDI Perjuangan ini berterima kasih atas penghargaan yang diberikan. Sambil berkelakar dia menilai, penghargaan yang ia terima malam ini lebih besar dari sekitar 15 tanda jasa yang pernah ia terima.
"Ini yang paling besar. Karena tidak bisa dipasang di dada saya," katanya sambil mengangkat piala.
[zul]
BERITA TERKAIT: