WAWANCARA

Philemon Arobaya: Saya Akan Mengajak Orang Indonesia Investasi Di Chile

Selasa, 25 November 2014, 09:31 WIB
Philemon Arobaya: Saya Akan Mengajak Orang Indonesia Investasi Di Chile
ilustrasi
rmol news logo Chile, negara ayng ekonominya paling stabil di Amerika Selatan, sedang berusaha memperkuat hubungannya dengan ASEAN. Namun, Thailand, Malaysia dan Vietnam lebih dulu eksis.

Inilah di antara tugas saya,” ujar Dubes RI untuk Chile, Philemon Arobaya, diplomat karier asal Papua, hasil rekruitmen pertama Kementerian Luar Negeri (Kem­lu-1985) kepada Muhammad Rus­madi dari Rakyat Merdeka di Gedung Kementerian Luar Ne-geri, Jakarta, Selasa (18/11).

Berikut kutipan selengkapnya;

Seberapa dekat sebenarnya hubungan kita dengan Chile?
Hubungan diplomatik kita su­dah terjalin selama 50 tahun dan baik sekali. Itu bisa kita lihat di se­mua aspek, baik politik, eko­no­mi, sosial, budaya. Sama se­kali ti­dak pernah punya masalah de­ngan Chile. Malah di PBB, kita saling mendukung dalam mem­berikan suara.

Dalam hubungan dagang?
Yang saya bisa kemukakan, dari 2011 lalu, hubungan dagang terus meningkat. Tapi dari pihak Indonesia, kita malah defisit.

Kenapa?
Alasannya klasik. Misalnya ka­rena alasan jauhnya jarak kedua negara, sehingga ongkos trans­por­tasi mahal. Menurut saya, ka­lau semuanya diupayakan dengan benar, mungkin ke depan akan le­bih baik. Dengan pemerintahan ba­ru ini saya berniat, KBRI akan berupaya semaksimal mung­kin memperkuat hubungan. Terma­suk agar orang Indonesia berin­ves­tasi di Chile.

Selama ini kan kita selalu me­ngundang orang luar berinvestasi di Indo­nesia. Tapi kita sendiri tak be­rupaya mengangkat nama In­do­nesia di luar negeri sebagai inves­tor. Padahal kita potensial, punya banyak orang mampu.

Tinggal nanti kita pilah-pilah. Misalnya, Chile kan maju dalam bidang pertambangan. Sebesar 30 persen produksi tembaga dunia di­produksi oleh Chile. Kita juga banyak pertambangan di sini. Misalnya batubara, minyak, gas.

Tembagapura di Freeport sana.  Ini bisa kerja sama. Siapa tahu ada pengusaha kita yang bisa diundang mencari partner ke sana. Sebaliknya, meski unggul di tembaga, untuk batubara, Chile masih impor dari negara-negara lain, mungkin dari Indonesia.

Bagaimana dengan keraji­nan tangan Indonesia? Apa ada di Chile?

Handycraft, Indonesia kan ter­kenal bagus. Saya dengar satu-dua orang Indonesia dari Sema­rang dan Yogya juga sudah meng­ekspornya ke Chile.  Itu kan bisa ditingkatkan. 

Di bidang sosial budaya, meski belum sebesar dibanding negara-negara lain, selama ini kita juga su­dah memberikan beasiswa Dhar­masiswa (dari Kemlu) dan tinggal di Indonesia. Kalau tidak salah sudah ada delapan orang Chile yang jadi peserta ini se­perti di Bandung dan Yogya. Me­reka di sana belajar bahasa dan budaya Indonesia.

Mereka ini nantinya juga akan terus bisa mengundang warga-nya datang ke Indonesia. Ini juga kan akan memperat hubu­ngan kedua negara.

Chile dike­nal sebagai ‘negeri para pu­jangga’. Apa bisa dija­lin kerja sama di bidang budaya?
Saya juga lihat ini sebagai ke­sempatan lainnya buat kita bisa menjalin kerja sama.

Apa ada kendala lain dalam hubungan ekonomi kita deng­an Chile?

Selama ini kita masih mene­rap­kan sejumlah aturan, seperti tarif atau pajak. Ini sebenarnya ju­ga kendala. Kalau masih ada, ini akan mengurangi minat mereka berinvestasi di Indonesia, diban­ding Tiongkok dan India. Kedua negara ini sekarang yang terbe­sar investasinya di Chile.

Produk kita juga sebenarnya bersaing dengan kedua negara ini di Chile, seperti garmen atau se­patu. Padahal kua­litas produk kita bagus. Tapi karena harga mahal, orang akhirnya memilih produk Tiongkok yang lebih muurah.

Karena ini juga tergan­tung daya beli masyarakat. Pada­hal, GDP (gross domestic pro­duct) me­reka tinggi sekali, se­hingga taraf hidupnya juga sudah bagus. Karena Chile merupakan negara yang ekonominya paling stabil di Amerika Latin. 

Selain de­ngan Asia, Chile se­dang berusaha memperkuat hu­bunga­nya dengan ASEAN. Yang saya tahu, hubungan­ Chile yang sudah sangat bagus dan eksis itu dengan Thailand, Malaysia dan Vietnam. Padahal kita ini kan ne­gara besar dan pelopor lho di ASEAN. Inilah tugas saya nan­ti supaya hubu­ngan­nya makin di­tingkatkan.

Selain persoalan tarif atau pajak, apa ada masalah lain?
Hingga kini Chile belum men­jadi mitra stra­tegis kita. Tapi me­reka sedang berusaha menjadi economic comprehensive part­ner­ship-nya Indonesia. Mungkin tahun depan akan dirundingkan di sini (In­donesia). Sebenarnya sebelum­nya sudah pernah (di­run­dingkan).  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA