Menurut Dosen FISIP UIN Jakarta, Ahmad Fuad Fanani, akan lebih baik jika pembelian kepemimpinan ini merupakan jalan tengah dari persaingan dua kubu.
"Dengan begitu, Golkar akan tetap memantapkan posisi politiknya hari ini, namun tidak melupakan tujuan utamanya pada tahun 2019," jelas Fuad kepada
RMOL (Senin, 10/11). (Baca:
Golkar Akan Berubah Haluan Dukung Pemerintahan Jokowi-JK Bila AGK Jadi Ketum)
Terlebih lagi, dia menambahkan, pada Pemilu 2019 nanti pasti posisi Golkar akan sangat strategis untuk mencalonkan pasangan capres-cawapres sendiri.
Dalam amatannya, calon yang bisa diharapkan untuk menjadi kubu penengah, menjalankan
the third way politics, dan representasi dari pembeliaan kepemimpinan di Golkar di antaranya adalah Hajriyanto Y. Thohari.
"Hajriyanto bisa menjadi figur yang segar dan menjembatani pergesekan dua kubu demi untuk membangun Golkar masa depan," demikian Direktur Riset MAARIF Institute jebolan Flinders University Australia ini.
[zul]
BERITA TERKAIT: