"Shalom Marck Zuckaran. Ada yang dapat saya bantu?" tanya Sang Presiden.
"Alaikumsalam Pak Presiden. Iya ada yang sangat mendesak Pak. Tapi ini bukan tentang Media Sosial. Ini tentang masa depan negara kami Pak!" ucap Marck.
"Tenang sajaaaa..., semua masalah itu mudah diselesaikan, yang penting kita mau atau tidak. Itu saja, hehee," jawab Sang Presiden.
"Wah, mantap Pak. Tapi masalahnya sangat genting. Kalau tidak segera diatasi warga AS bisa punah tidak lama lagi!" keluh Marck Zuckaran
"Waduh, gawat gitu sepertinya ya," ucap Sang Presiden.
"Saya mendapat bocoran dari intelijen, katanya hanya Bapak yang bisa membantu dengan cepat," ungkap Marck Zuckaran.
"Ah, masak begitu. Ada-ada saja, hehehe," jawab Sang Presiden.
"Serius Pak. Infonya A-1 dari bawahan-bawahan Bapak, tepatnya bekas bawahan di kantor Gubernur Pak! Bagaimana Pak?" harap Marck Zuckaran.
"Iyaa. Apa sih, apaa...? Ayo ceritakan saja. Ndak usah mikir lama-lama, hehehe," ujar Sang Presiden.
"Ini tentang wabah Ebola yang sudah mulai masuk AS, Pak!" seru Marck Zuckaran.
"Oooh, Ebola! Mudah saja ituu..." ucap Sang Presiden dengan enteng.
"Jadi Bapak bersedia membantu kami? Please Pak...," Marck Zuckaran semakin berharap.
"Bisaa, bisaaa! Sudaaah, serahkan saja ke saya. Satu minggu juga beres," kata Sang Presiden lagi dengan yakin.
"Puji Tuhan! Saya akan segera pulang dan sampaikan berita gembira ini ke Obama, Pak. You are really my hero, Pak!" sorak Marck Zuckaran.
"Oh, baik, baik. Silakan saja," ujar Sang Presiden.
"By the way Pak, biar Obama tambah yakin, bisa saya diberitahu pengalaman-pengalaman Bapak sebelumnya menangani Ebola?" tanya Marck Zuckaran.
"Halaah Marck, bilang saja ke Obama, wong saya ini E-ID, E-Government, E-Budgeting, E-Purchasing, E-Catalog saja dua minggu juga kelar. Apalagi cuma E-Bola," jawab Sang Presiden.
[***]