“Duet Prabowo-Ahok itu masih wacana. Kami belum memutuskan siapa yang mendampingi Pak Prabowo. Sebab, fokus pileg dulu,†ujar Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi, kepada
Rakyat Merdeka, Senin (10/3) malam.
Menuruat Suhardi, nama Basuki Tjahja Purnama (Ahok) memang disebut-sebut sejumlah daerah sebagai pendamping yang paling pas untuk Prabowo.
â€Tapi kami tidak mau terburu-buru memutuskan. Meski kami tahu kinerja Pak Ahok bagus sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta. Tapi tetap tunggu dulu hasil pileg,’’ paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:Mengapa harus menunggu hasil pileg?Rasionalnya kan begitu. Kita kan nggak tahu bagaimana hasil pilegnya. Cukup atau tidak meraih suara untuk mengusung capres-cawapres. Kalau tidak cukup kan harus berkoalisi.
Tidak yakin ya?Bukan begitu. Kami sangat yakin. Sebab, dari hasil survei internal, survei Ines, dan hasil survei dari luar negeri, PNT, perolehan suara kami bagus. Hanya saja kepastiannya kan memang baru ada setelah pileg.
Ah, masak sih?Benar kok. Hasil survei Ines perolehan suara kami beda tipis dengan PDIP. Gerindra dapat 26,06 persen. Sedangkan PDIP 26,07 persen. Sementara hasil survei PNT perolehan suara kami sekitar 23 persen. Hasil perhitungan internal juga di kisaran 20 persen.
Apa survei itu bisa dipertanggungjawabkan?Tentu bisa. PNT itu kan lembaga survei luar negeri yang ikut menghitung hasil Pemilihan Gubernur DKI Jakarta. Mereka satu-satunya lembaga yang hasil hitungannya tepat. Ines juga kredibel. Kami juga tidak main-main dalam melakukan survei internal. Tapi kalau tidak percaya juga, tidak apa-apa. Kita lihat saja nanti hasil pileg.
Kalau itu benar, kenapa nggak berani usung capres-cawapres sekarang?Bukan nggak berani. Kami cuma mengambil pilihan logis saja. Kalau soal mengusung capres-cawapres, sebenarnya sudah sejak lama daerah banyak yang minta. Apalagi, melihat tingginya elektabilitas dan popularitas Pak Prabowo.
Dengan peringkat Pak Prabowo yang selalu tinggi, kami yakin bisa menang dipasangkan dengan siapapun. Apalagi, dengan Pak Ahok yang beberapa survei peringkatnya juga bagus. Sebab, kinerjanya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta memang bagus. Tapi soal cawapres tetap kami tentukan setelah ada hasil pileg. Makanya kami memilih menunggu.
Gerindra masih membuka kemungkinan koalisi?Begitulah. Sebetulnya kalau bisa kami ingin mengusung capres-cawapres sendiri. Agar program-program yang direncanakan partai bisa dilaksanakan sepenuhnya.
Tapi kalau hasil pileg menyatakan harus berkoalisi, ya kami akan mencari kawan untuk berkoalisi.
Dengan parpol mana?Belum tahu. Kami masih menjajaki kemungkinan berkoalisi dengan PDIP dan parpol lainnya.
Kalau berkoalisi dengan PDIP, Prabowo yang jadi cawapres?Tidak bisa, tetap Prabowo capres. Itu harga mati untuk Gerindra. Kalau mau Jokowi yang jadi cawapres. Kalau tidak mau, kami koalisi dengan parpol lain saja. Asal Pak Prabowo tetap capres.
Jika Jokowi nyapres, bisa menang satu putaran, ini bagaimana?Itu kan baru pendapat orang. Kita lihat saja, siapa yang akan masuk gelanggang. Kalau berandai-andai, semua juga bisa. Tunggu saja buktinya nanti.
Hasil beberapa survei, Jokowi unggul terus, apa tidak khawatir?Kami sama sekali tidak khawatir. Perolehan suara Pak Prabowo juga tinggi terus, dan perolehan suara Gerindra naik terus. Tinggal bagaimana kami saja. Sekeras apa kami bekerja untuk memenangkan Gerindra dan Pak Prabowo.
Masak nggak khawatir sih?Kami nggak khawatir kepada Jokowi. Saat ini semua kader Gerindra sedang fokus menghadapi pileg. Sedang memikirkan bagaimana caranya memperoleh lebih dari 20 persen suara.
Soal pertarungan di pilpres, kami sama sekali tidak ragu dengan sosok Pak Prabowo. Siapapun lawannya, kami yakin Pak Prabowo bisa menang. ***
BERITA TERKAIT: