“Kami akan usul supaya dilakuÂkan pemilu serentak tapi mengÂgunakan sistem tertutup. Sistem tersebut lebih baik. Dengan sisÂtem tertutup saya yakin tata keÂlola negara akan jadi lebih baik,†ujar Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia (Gerindra) Suhardi kepada
Rakyat Merdeka, akhir pekan lalu.
Menurut Suhardi, sistem terbuÂka yang diterapkan sekarang meÂmang terlihat sangat demokratis. Namun, juga sangat banyak damÂpak negatifnya. “Itu berdasarkan kajian kami,†tambahnya.
Sebelumnya Mahkamah KonsÂtitusi (MK) mengabulkan sebaÂgian permohonan uji materi UnÂdang-undang tentang pemilihan presiden dan wakil Presiden yang diÂajukan Aliansi Masyarakat SiÂpil untuk Pemilu Seretak. Uji maÂteri tersebut diantaranya diajuÂkan oleh Dosen Universitas IndoÂnesia Effendi Gazali.
Dalam putusannya, MahkaÂmah Konstitusi menyatakan peÂmilu presiden dan wakil presiden serta pemilihan umum legislatif dilakukan serentak pada tahun 2019.
Ketua Mahkamah Konstitusi HamÂdan Zoelva mengatakan, jika pemilu serentak dilaksanaÂkan pada 2014, maka tahapan PeÂmilu yang saat ini sedang berÂlangÂsung menjadi terganggu dan terÂhambat karena kehilangan daÂsar hukum.
Selain itu, Mahkamah memÂperÂtimbangkan, jangka wakÂtu yang tersisa tidak meÂmungÂÂkinkan atau tidak cukup meÂmadai untuk membentuk peraturan perunÂdang-undangan yang baik dan komprehensif jika pemilu serenÂtak digelar pada 2014.
Bagaimana tanggapan GerinÂdra? Berikut kutipannya :
Anda setuju pemilu serenÂtak?Ya, Gerindra setuju, kerana biÂsa menghemat biaya penyeÂlenggara maupun peserta pemilu. Karena sama-sama berkamÂpaÂnye, kampanyenya hanya sekali.
Kalau digelar 2014, Anda setuju?Tidak bisa, waktunya terlalu meÂpet. Kan butuh banyak persiaÂpan lagi dari peserta maupun penyelenggara pemilu. Saya kira sudah tepat dilakukan 2019.
Sekarang pun KPU terlihat belum siap?Memang, masih banyak yang harus dibenahi. Masalah DPT (Daftar Pemilih Tetap-red) saja belum rampung. KPU tentu harus secepatnya menyelesaikan berbaÂgai masalah persiapan pemilu tersebut.
Kalau keadaannya begini, bukankah sekalian saja pemilu serentak dilakukan 2014?Tidak, waktunya terlalu mepet. Persiapannya tidak akan terkejar. Bisa kacau nanti penyelengÂgaÂraan pemilunya. Kalau sekarang kan sudah disepakati dari jauh hari. Jadi ketidaksiapan itu sudah menjadi tanggungjawab penyeÂlenggara.
Alasannya bukan karena Gerindra tidak siap kan?Apa dasarnya kami disebut tidak siap? Animo masyarakat terhadap Gerindra semakin tinggi kok. Setiap hari orang-orang yang ingin masuk menjadi kader Gerindra terus bertambah. Saya pun jadi kerepotan.
Soal capres, animo masyarakat terhadap Pak Prabowo juga seÂmaÂkin tinggi. Hal itu terlihat dari besarnya animo masyarakat terÂhadap Pak Prabowo. Hasil survei Pak Prabowo pun selalu tinggi sejak setelah Pemilu 2009. Jadi tidak ada alasan kami tidak siap.
Gugatan Yusril soal pemilu serentak masih berjalan. BaÂgaiÂmana jika gugatan itu diseÂtujui, dan pemilu serentak dilaÂkukan 2014?Ya tidak apa-apa, Gerindra siap menjalankan putusan MK. Toh kami tidak ada kendala soal kaÂpan waktu penyelenggaraan peÂmilu serentak.
Kata Yusril, Pemilu 2014 jadi inkonstitusional kalau tidak serentak. Tanggapan anda?Soal itu kami serahkan kepada Mahkamah Konstitusi (MK). Hakim MK kan sudah fasih huÂkum. Kalau MK sepakat menyaÂtaÂkan harus serentak di 2014 karena bisa inkustitusional ya kami ikuti.
Apa yang akan dilakukan Gerindra kalau pemilu serenÂtak dilakukan tahun ini?Kami tentunya harus membaÂhas hal-hal teknis yang perlu diubah dan dipersipkan. Kalau soal sosialisasi caleg dan capres sih saya rasa kami semua sudah siap
Apa saja sih, dampak negaÂtif pemilu dengan sistem terÂbuka?Ada dua dampak yang paling fatal. Pertama, ongkos politik maÂkin mahal. Semua orang yang nyaleg kan butuh dana untuk kampanye untuk pasang iklan, dan datang sosialisasi ke berbagai tempat. Dana untuk itu semua tidak murah, dan terus bertambah mahal.
Kedua, hanya orang yang banyak duit yang bisa terpilih. Penyebabnya ya kebutuhan dana operasional kampanye yang maÂhal itu. Akibatnya, orang-orang yang duduk di Parlemen pun bisa jadi bukan kader terbaik.
Â
Kedua faktor inilah yang meÂnyeÂbabkan korupsi, dan amburaÂdulnya pengelolaan negara saat ini.
Kebutuhan dana kampanye itu sebetulnya kan bisa ditekan seminim mungkin kalau kader yang sudah menjabat meÂnunÂjukkan kinerja. Salah kaderÂnya juga dong?Tetap sulit. Dikurangi mungÂkin. Sebab mereka kan tidak punya banyak waktu untuk meÂneÂmui konstituen yang jumlahÂnya jutaan dalam kurun waktu lima tahun. Sementara disisi lain, mereka juga harus terus bekerja.
Kalau kinerja bagus peniÂlaian masyarakat pasti positif dong?Memang. Masalahnya hasil kinerja itu juga kan bukan upaya seorang kader saja, dan masyaÂrakat tahu itu. Akibatnya tidak menjamin masyarakat akan meÂniÂlai bagus seorang kader, maÂkanya dibutuhkan dana untuk sosialisasi ke dapil dan iklan kampanye.
Soal kader tidak berkualitas yang terpilih, itu kan salah parpol juga, mengapa kader seperti itu dijadikan caleg?Karena kader yang minim dana memang sulit untuk menang. SeÂbab ya masalah dana kampanye yang semakin mahal tadi. SemenÂtara tujuan didirikannya partai itu kan untuk memenangkan pemilu. Jadi Partai tidak bebas memilih sebetulnya. Lain ceritanya kalau menggunakan sistem tertutup, diÂmana masyarakat hanya memiÂlih parpol, dan parpol memiliki keÂweÂnangan penuh untuk meÂnenÂtuÂkan caleg yang duduk di parÂleÂmen. Dengan cara ini kan caleg yang maju jadi berkualitas, kareÂna kan partai tahu mana yang bagus.
Tapi sistem tertutup kan tiÂdak menjamin. Soalnya hanya para petinggi partai, dan orang-orang dekatnya yang bisa nyaleg. Ini gimana?Itu kan tergantung parpolnya. Kalau ada partai yang seperti itu, tidak mengutamakan kualitas kader, ya masyarakat jangan mau pilih partainya. Biar rugi mereka.
Kalau sistem tertutup sebaÂgus ini, mengapa tidak dilaÂkukan pemilu sekarang saja?Sebab banyak yang tidak setuÂju. Kami sih sudah mengajukan. Tapi karena kami kalah jumlah, jadi ya disepakati seperti sekaÂrang. ***
BERITA TERKAIT: