Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WAWANCARA

Salahudin Wahid: Konvensi Rakyat Bukan Ajang Sirkus Untuk Nyari Pemimpin

Selasa, 28 Januari 2014, 08:45 WIB
Salahudin Wahid: Konvensi Rakyat Bukan Ajang Sirkus Untuk Nyari Pemimpin
Salahudin Wahid
rmol news logo Konvensi Rakyat yang digagas Salahuddin Wahid sudah dua kali dilaksanakan yakni di Surabaya Jawa Timur dan di Medan, Sumatera Utara. Konvensi ini melengkapi konvensi capres yang digelar beberapa parpol.

“Konvensi ini bukan seperti ajang sirkus yang dibawa kesana kemari. Tetapi sebagai salah satu upaya mencari pemimpin yang pantas memimpin Indonesia di masa depan,” kata Gus Solah, sapaan adik Gus Dur ini kepada Rakyat Merdeka.

Tokoh masyarakat dan pe­nga­suh Pesantren Tebuireng, Jom­bang, Jawa Timur ini meng­gagas Kon­vensi Rakyat untuk menja­ring figur-figur terbaik bangsa yang akan menjadi calon presi­den dan kemudian ditawarkan kepada partai politik.

Ide awalnya, jelas Gus Solah, datang dari beberapa anak muda yang menghubunginya yang kemudian mengerucut dan segera diwujudkan.

“Salah satu mekanisme kon­ven­si rakyat adalah melalui sur­vei. Para tokoh capres yang ikut Konvensi Rakyat akan dilihat, ba­gaimana elektabilitasnya dan tingkat keterpilihan di mata pu­blik,” ujarnya.

Peserta konvensi yaitu, Ketua De­wan Syuro Partai Kebangki­tan Bangsa Yusril Ihza Mahen­dra, Rek­tor Universitas Islam Ero­­pa Sofjan Siregar.Juga ada to­koh pe­rempuan Anni Iwa­saki, Bupati Ku­tai Timur Isran Noor, pengu­sa­ha Ricky Sutanto, man­tan Men­­teri Perekonomian Ri­zal Ramli, dan aktivis senior Tony Ardi.

Berikut wawancara leng­kapnya :

Bagaimana perkembangan Konvensi Rakyat?

Alhamdulillah, selama dua kali diadakan di kota Surabaya dan Medan, semuanya berjalan lancar dan tidak menemui kendala. Saya harap juga akan terus begitu. Ka­rena masih ada empat lokasi lagi yang akan kami kunjungi.

Bagaimana respon masya­rakat?

Alhamdulilah, masyarakat sangat antusias dengan konvensi capres di dua kota yang kami singgahi. Semuanya terisi penuh dan tidak menyisakan tempat sa­ma sekali.

Seperti di Medan, yang menggunakan ruangan  Me­dan International Convention Center. Nanti di Balikpapan juga akan menggunakan gedung yang besar. Ini tandanya bahwa para peserta konvensi bisa menyedot perhatian masyarakat.

Apakah ada penambahan peserta?

Sebelumnya jumlah peserta­nya lebih banyak dari yang seka­rang. Sehingga harus diseleksi dan tidak bisa semuanya kami lo­loskan. Sampai saat ini belum ada rencana penambahan peserta. Ma­sih tetap tujuh peserta seperti se­karang. Mereka semuanya ba­gus-bagus dan mempunyai bakat mumpuni menjadi seorang pe­mimpin.

Dari semua peserta, apakah sudah ada partai yang mende­kati?
Belum ada. kan roadshownya belum selesai. Jadi belum bisa di­am­bil kesimpulan.

Harus me­nunggu sampai di akhir acara. Se­telah itu, mungkin ada partai yang  akan mendekati para peser­ta. Nantinya, peserta konvensi rak­­yat yang ada di peringkat te­ra­tas, akan diumumkan dan dine­gosiasikan dengan partai politik untuk mendapatkan dukungan suara sesuai persyaratan minimal perolehan suara.

Sempat ada beberapa pihak yang meragukan tentang kon­vensi ini. Dianggap hanya main-main dan tidak akan meng­hasilkan apa pun. Ko­men­tar anda?

Itu tergantung yang melihat. Konvensi ini di setiap tempat ada penekanan aspek tertentu. Seperti di Medan tentang hukum. Balik­papan perihal reformasi biro­kra­si, Makassar soal masalah ekonomi, Bandung tentang pendi­dikan dan kesehatan. Terakhir di Jakarta, ke­simpulannya. Sebetulnya kalau mau dikupas persoalan yang akan dibahas masih banyak. Con­toh­nya seperti isu lingkungan dan korupsi.

Mungkinkah ada penamba­han lokasi?
Mungkin saja ada penam­ba­han. Memang ada beberapa pihak yang menawarkan daerahnya untuk kami kunjungi. Tapi kami belum bisa memenuhi permin­ta­an mereka karena memang belum ada rencana untuk menambah lo­kasi untuk konvensi rakyat. Ka­rena, waktunya terlalu mepet de­ngan pelaksanaan pilpres.

Kenapa semua peserta harus dibawa keliling berbagai dae­rah?

Supaya masyarakat menge­tahui kalau ada kandidat lain yang akan menjadi capres atau cawapres. Se­hingga tidak hanya itu-itu saja yang muncul ke per­mukaan. Se­hingga, masyara­kat memiliki lebih banyak pilihan tentang siapa yang layak me­mimpin pemerin­tahan Indonesia 2014-2019. Pemi­lihan presiden juga tidak boleh di­laku­kan asal jadi. Diperlukan de­bat ca­pres se­cara terbuka sehingga dike­tahui siapa yang layak.

Dari mana dana untuk meng­gelar Konvensi Rakyat?

Sumber dananya diperoleh secara kolektif.  ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA