Ketua Presidium Ind Police Watch (IPW), Neta S. Pane, menjelaskan di sepanjang 2013 terjadi 153 konflik sosial di Indonesia, baik berupa tawuran, bentrokan massa maupun kerusuhan sosial. Akibatnya, 203 orang tewas, 361 luka, 483 rumah dirusak dan 173 bangunan lainnya dibakar.
Padahal di tahun 2012 hanya ada 154 orang tewas dan 217 luka. Dari jumlah itu 1 TNI tewas, 2 Brimob tewas, 6 TNI luka, dan 6 polisi luka.
"Jika kondisi ini tidak diantisipasi pemerintah, diperkirakan konflik sosial akan makin marak di tahun politik 2014," beber Neta (Kamis, 2/1).
IPW mencatat, konflik terakhir terjadi 30 Desember 2013 di Kelurahan Sanggeng, Distrik Manokwari Barat, Papua Barat. Konflik ini membuat seorang bocah tewas dan enam bangunan ludes terbakar, di antaranya gedung serba guna Anggi Room.
Sementara korban konflik sosial tahun 2013 tidak hanya melibatkan warga sipil, TNI dan Polri juga jadi korban. Anggota TNI yang tewas 10 orang, polisi 4 orang, sisanya 188 orang adalah warga sipil. Dari 361 korban luka-luka, 42 polisi dan 7 TNI. Konflik sosial di 2013 mengakibatkan 15 mobil dibakar dan 11 dirusak. Sepeda motor, 144 dibakar dan 49 dirusak massa.
Kantor polisi pun jadi korban, di antaranya Polres Ogan Komering Ulu, Sumsel. Begitu juga lembaga pemasyarakatan, seperti Lapas Tanjung Gusta dan Lapas Palopo. Ironisnya, Polri hanya dapat berkata bahwa situasi terkendali setelah adanya peristiwa kerusuhan yang memakan korban jiwa dan harta benda masyarakat.
Dengan banyaknya konflik sosial tersebut terlihat bahwa intelejen Polri sangat lemah. Fungsi deteksi dini seakan tidak berfungsi.
"Di tahun 2014, pemerintah SBY perlu membenahi semua ini. Jika tidak bukan mustahil Pemilu dan Pilpres 2014 akan diwarnai berbagai konflik dan kerusuhan sosial yang menewaskan banyak orang," tandasnya.
[zul]
BERITA TERKAIT: