Anis Matta: Nelson Mandela Ibarat Jembatan yang Menghubungkan Banyak Dunia

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Jumat, 06 Desember 2013, 16:39 WIB
Anis Matta: Nelson Mandela Ibarat Jembatan yang Menghubungkan Banyak Dunia
nelson mandela/net
rmol news logo Presiden PKS Anis Matta juga turut berduka atas meninggalnya mantan Presiden Afrika Selatan Nelson Mandela. Bagi Anis, Nelson Mandela ibarat jembatan yang menghubungkan banyak dunia.

"Generasi lama yang penuh kebencian dan kekerasan, dijembatani menuju generasi baru yang demokratis dan cinta damai. Dari Afrika yang identik dengan kemiskinan dan keterbelakangan, dihantarkan menjadi simbol kemajuan dan kesetaraan dengan pusat-pusat kemajuan dunia. Lihat kesuksesan Piala Dunia 2010. Itulah Mandela," ujar Anis Matta dalam siaran persnya (Jumat, 6/12).

Menurut Anis, Indonesia punya keterkaitan sejarah dan budaya yang panjang dengan Afrika Selatan.  Literatur sejarah mencatat Islam datang ke Afrika Selatan dibawa oleh Syekh Yusuf dari Bugis yang diasingkan oleh penjajah Belanda pada 1693. Syekh Yusuf kemudian dianggap sebagai bapak komunitas muslim dan budaya Melayu dari Indonesia di semenanjung selatan benua Afrika itu.

"Kaitan budaya itu dilanjutkan oleh Mandela dengan kegemarannya memakai batik. Saya tidak tahu ide dari mana. Kalau tidak salah, ketika Mandela bertemu Pak Harto. Tapi dari situ kita bisa lihat kejeniusan Mandela menempatkan dirinya sebagai jembatan budaya antara Indonesia dan Afrika Selatan lewat batik,” tambah Anis lagi.

Tak hanya itu, dalam pandangan Anis, figur Mandela mirip dengan para pendiri bangsa Indonesia. Sebagai anak kepala suku, Mandela bisa saja berkompromi dan menikmati previlese dari status sosialnya. Tapi Mandela memilih berjuang memerdekakan bangsanya dari penjajahan dan diskriminasi rasial. Ia dipenjara dan hidup sengsara. Sama seperti para pencetus Sumpah Pemuda.

"Sebagai kalangan terdidik, para pencetus Sumpah Pemuda 1928 itu bisa saja menjadi birokrat dalam pemerintahan kolonial Belanda dan hidup makmur. Tapi mereka memilih untuk berjuang, memerdekakan bangsa Indonesia dari penjajahan. Ini pelajaran sejarah universal yang kita pelajari dari Mandela,” demikian Anis.

Dalam sejarahnya, setelah dipenjara selama bertahun-tahun oleh rezim apartheid, Nelson Mandela memenangkan pemilu. Resmi menjadi Presiden, Mandela, yang meninggal dunia tadi malam waktu setempat itu, lalu memaafkan semua musuh-musuhnya dalam suatu gelombang pemaafan dan rekonsiliasi.

"Kita semua kehilangan Mandela. Dialah tokoh yang dilahirkan oleh sejarah, dunia berduka atas kepergiannya. Warisannya tentang rekonsiliasi dan pemaafan menyumbang kekayaan khazanah demokrasi di dunia,” tutup Anis Matta. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA