WAWANCARA

Jusuf Kalla: Saya Bilang Kepada Nurul Arifin, Minta Maaf Saja Ke PMI Dan DMI

Kamis, 21 November 2013, 10:40 WIB
Jusuf Kalla: Saya Bilang Kepada Nurul Arifin, Minta Maaf Saja Ke PMI Dan DMI
Jusuf Kalla
rmol news logo Juru Bicara Partai Golkar Nurul Arifin tidak perlu meminta maaf kepada bekas Wapres Jusuf Kalla. Sebab, yang dirugikan dengan ucapannya itu adalah Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).

Jusuf Kalla yang akrab disapa JK menyebutkan, permohonan maaf perlu dilakukan Nurul ke-pada PMI maupun DMI.

“Kalau Nurul mau minta maaf, ya jangan minta maaf kepada saya dong. Tapi minta maaf saja kepada PMI dana DMI,’’ ujar Jusuf Kalla kepada Rakyat Merdeka di Jakarta, kemarin.

Seperti diberitakan,  Nurul Arifin mengatakan, Jusuf Kalla memanfaatkan PMI dan DMI menjadi Capres 2014.

JK selanjutnya mengatakan, dirinya tidak pernah memanfaatkan organisasi yang dipimpinnya itu demi menjadi capres.

Berikut kutipan selengkapnya;

Anda memaafkan Nurul?
Kalau saya sih sebagai umat Islam harus saling memaafkan. Tapi (Nurul-red) perlu minta maaf kepada PMI dan DMI.

Kenapa tidak perlu minta maaf kepada Anda?
Pernyataan itu tidak merugikan saya. Tapi merugikan dua organisasi, yakni PMI dan DMI. Minta maaf saja kepada PMI dan DMI, karena istitusi itu yang paling kena efeknya.

Kalau Anda?
Kalau saya tidak ada efeknya kok. PMI dan DMI itu yang kena sampai pengurus di daerah-daerah. Kalau ada kegiatan bisa jadi masyarakat curiga, ini kan bahaya.

Benar nih Anda sudah memaafkan Nurul Arifin?

Sebagai umat Islam ketika sudah minta maaf secara terbuka, tentu saya maafkan, supaya masyarakat paham dan tahu.

Nurul Arifin tak perlu ke rumah Anda  untuk minta maaf?
Nggak perlu. Dia mau ke rumah, saya bilang kepada Nurul Arifin minta maaf saja kepada PMI dan DMI.

Rencana somasi, bagaimana dong?
Kalau Nurul Arifin tidak minta maaf, maka saya somasi. Tapi kan sudah minta maaf di depan umum dan media, maka tidak usah atau sudah selesai.

Sudah ada dampak belum bagi PMI dan DMI?
Tidak ada karena cepat dibantah, kecuali berlarut-larut baru itu  berbahaya. Ke depan harus hati-hati berbicara. Dilihat dulu konteksnya. Jangan asal ngomong. Kalau  menjalankan tugas atau aktif, kan berbeda artinya dengan memakai.

Maksudnya?
Saya aktif di PMI dan DMI benar. Tapi kalau dimaknai memakai kan jadi nggak benar.

Kan sudah terucap, apa ini jadi kerugian bagi Anda?
Kerugian bukan di saya, kerugiannya ada di PMI dan DMI

Kenapa?
Ya, dengan adanya statemen itu nanti dikira benar bahwa pengabdian saya dan kerja sosial disangka hanya alat. Akhirnya yang rugi adalah masyarakat.

Kok masyarakat?
Lho, kalau orang sudah negatif pikirannya dan tidak mau sumbang darah kan masyarakat yang membutuhkan darah jadi rugi.

Lalu DMI kalau ada kegiatan sosial yang dilakukan karena pikirannya sudah jadi negatif, maka tidak ada yang hadir. Di situ letaknya. Saya ini kan kerja di PMI dan DMI lillahi ta’ala.
   
Apa ini bisa bumerang bagi Nurul?
Bisa saja jadi bumerang, apa lagi ditujukan kepada organisasi sebesar PMI dan DMI. Bisa bumerang ke Nurul yang maju sebagai caleg dan takutnya jadi kampanye hitam buat Nurul oleh lawan di dapilnya.

Bukan masalah politik saja. Kalau sudah begitu, nanti siapa yang mau urus PMI dan DMI kalau disebut begitu. Padahal, saya di dua lembaga itu, baik PMI atau DMI bukan saya yang minta jabatan itu, he...he...he.... Tapi saya diminta.

Siapa yang minta?
Itu di Kongres PMI. Saat itu saya tidak ada. Sedang  di luar negeri. Begitu juga saat  Kongres DMI, saya lagi di luar kota.

Tapi saya ditelepon, apakah saya bersedia atau tidak memimpin lembaga itu. Lalu saya jawab, kalau mengurus Masjid dan PMI, saya siap saja. Kalau memang diminta, ya saya siap. Apalagi ini kerja untuk sosial. ***

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA