Daripada Mengusik, Mending Mubarok dan Akbar Ikut JK Bantu Korban Bencana

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/zulhidayat-siregar-1'>ZULHIDAYAT SIREGAR</a>
LAPORAN: ZULHIDAYAT SIREGAR
  • Senin, 18 November 2013, 22:42 WIB
Daripada Mengusik, Mending Mubarok dan Akbar Ikut JK Bantu Korban Bencana
jusuf kalla/net
rmol news logo Wakil Sekjen DPP Partai Golkar, Nurul Arifin; anggota Dewan Pembina Partai Demokrat, Ahmad Mubarok; apalagi Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar, Akbar Tandjung, adalah orang-orang terhormat yang masih menyisakan dalam dirinya jiwa sosial dan kemanusiaan.

Karena itu, mereka sebaiknya memberi kesempatan kepada orang-orang yang menyediakan diri menjadi pelayan kemanusiaan seperti M. Jusuf Kalla untuk mengabdikan diri secara maksimal. Bila perlu, ketiganya bergabung bersama JK membantu korban-korban bencana alam yang membutuhkan bantuan orang berpengaruh dan punya kemampuan.

"Saya kira itu jauh lebih manusiawi daripada mengusik sesuatu yang bermanfaat terhadap kemanusiaan dan pada akhirnya merugikan banyak orang yang butuh bantuan kemanusiaan dari orang-orang seperti JK," ujar jubir JK, Husain Abdullah, kepada Rakyat Merdeka Online malam ini (Senin, 18/11).

Husain mengungkapkan itu menanggapi tudingan Nurul Arifin bahwa JK memanfaatkan lembaga Palang Merah Indonesia (PMI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI) untuk kepentingan politik. Meski Nurul Arifin sudah meminta maaf dan JK pun memaafkan, tapi dua tokoh senior Akbar dan Mubarok justru kembali menyulut persoalan. Keduanya juga menegaskan, JK memanfaatkan dua lembaga yang dipimpinnya tersebut untuk kepentingan 2014.

Husain mengingatkan, 'gorengan' para politisi itu jangan sampai merugikan misi-misi kemanusiaan. Mengurus kemanusiaan dan kegiatan sosial, memang tidak mudah, dan tidak semua orang bisa melakukannya dengan baik sehingga tidak terjadi konflik kepentingan. Orang-orang yang karakternya seperti JK-lah yang mampu melakukan itu.

"Sehingga tidak heran jika para politisi terjebak dalam pikiran dan imajinasinya sendiri dalam memandang sepak terjang JK selama memimpin PMI dan DMI," ungkapnya.

Kekhawatiran akan munculnya tudingan dan fitnah terhadap langkah kemanusiaan itu sepertinya sudah diantisipasi JK sejak awal memegang kendali organisasi tersebut. Karena itu, JK tidak pernah berpikiran menjadikan PMI dan DMI sarana di luar tujuan tujuan kemanusiaan, misalnya menggunakannya sebagai alat pencitraan.

Sehingga ketika tudingan datang, jelasnya, maka dengan mudah dipatahkan dan pasti masyarakat tidak akan percaya omongan para politisi tersebut, ketimbang aksi-aksi kemanusiaan yang tulus dilakukan JK.

"Mana ada orang sekelas Ketua Dewan Masjid menolak posternya dipasang di masjid seperti pada bulan Ramadhan. Anda bisa cek semua masjid di Indonesia, insya Allah tidak ada. Padahal kalau JK mau, sebenarnya sah-sah saja. Bandingkan misalnya para politisi lain," beber Husain.

Sementara terkait kegiatan JK di PMI, Husain mencontohkan, hari ini sumbangan kemanusiaan untuk korban topan Haiyan di Filipina yang digalang mantan Wakil Presiden itu terus mengalir dari berbagai pihak. Hal itu berkat tingginya kepercayaan publik kepada mantan Ketua Umum Golkar itu dan institusi yang dipimpinnya.

"Berkat JK menakhodai PMI sesuai harapan publik. Itulah pentingnya orang orang seperti JK yang memanfaatkan modal sosialnya berupa kepercayaan yang dia bangun bertahun tahun untuk pengabdian kepada kemanusiaan," demikian Husain. [zul]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA