Menurut Anas, Antasari Azhar dizalimi dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasruddin Zulkarnaen.
“Saya bersimpati dengan Pak Antasari yang sedang mencari keadilan. Saya melihat Pak Antasari sedang menerima musibah dan dizalimi. Mudah-mudahan, apa yang saya sampaikan ada gunanya,†tutur Anas kepada
Rakyat Merdeka, Kamis (13/6).
Seperti diketahui, Antasari Azhar menggugat Mabes Polri setelah tidak jelasnya kasus yang dilaporkannya, yakni layanan pesan singkat (SMS) bernada ancaman kepada Nasruddin Zulkarnaen, yang ditangani Badan Reserse Kriminal Polri. SMS itulah yang menjadi dasar hukum mengapa Antasari dinilai terlibat dalam pembunuhan Nasruddin. Antasari pun divonis 18 tahun penjara atas perkara pembunuhan berencana.
Anas Urbaningrum selanjutnya mengatakan, yang disampaikannya di pengadilan itu ada relevansinya dalam kasus itu.
Berikut kutipan selengkapnya:Anda bilang Antasari dizalimi, seperti apa itu?Saya tidak tepat menjelaskan masalah tersebut. Ada beberapa, saya ikuti, tentu secara teknis saya tidak pas menjelaskan. Tapi, itu yang saya nilai, itu yang saya rasakan.
Hadir sebagai saksi atas inisiatif sendiri atau diminta?Saya hadir karena diminta untuk hadir untuk menjadi saksi oleh lawyer-nya Pak Antasari. Tentu saja ini sudah mendapat persetujuan Pak Antasari. Saya datang ke sini (pengadilan), karena bersimpati atas perjuangan Pak Antasari dalam mencari keadilan.
Anda diminta sebagai saksi karena dianggap dekat dengan Nasruddin Zulkarnaen, apa betul?Dibilang dekat tidak, dibilang tidak, ya dekat. Jadi kenal baiklah.
Kenal dengan Nasruddin sudah lama?Saya kenal Nasruddin dua tahun sebelum peristiwa penembakan itu. Waktu itu saya sedang mengikuti sebuah seminar. Almarhum mendatangi saya dan mengenalkan diri.
Apakah setelah pertemuan tersebut Anda terus berkomunikasi dengan Nasruddin?Tidak. Setelah pertemuan itu komunikasi kita nggak intens juga. Cuma kalau sudah kenal kan, hubungan baiklah kira-kira seperti itu. Kami kadang ketemu di suatu acara atau sekadar ngopi bareng. Tidak pernah bertemu untuk organisasi atau bisnis.
Setelah seminar, Anda pernah bertemu lagi dengan Nasruddin?Pernah. Kami bertemu di sebuah factory outlet di Kota Bandung. Kami bertemu hanya berdua. Saya dalam rangka liburan, tapi saya tidak tahu Nasruddin dalam rangka apa ke Bandung.
Saat pertemuan tersebut bagaimana situasinya?Biasa saja. Kami hanya ngobrol ngalor-ngidul cerita biasa saja. Tidak ada pembicaraan khusus karena bukan pertemuan khusus. Saya ke Bandung itu kan niatnya liburan. Kalau di Bandung Anda pasti rileks, senang kan.
Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, kita janjian mau ketemu lagi di Jakarta untuk ngopi-ngopi. Tapi tidak kesampaian, kan keburu pak Nasruddin kena musibah itu.
Kapan Anda bertemu di Bandung dengan almarhum?Pertemuan itu kalau tidak keliru dua hari sebelum diberitakan meninggal. Saya tidak hapal persis tanggalnya berapa.
Bagaimana kondisi Nasruddin saat itu?Biasa saja. Saya tidak melihat kesan seperti sedang terancam. Saat itu kami ngobrol santai sambil berdiri sekitar 5-7 menit. Saya pun tidak melihat adanya pengawalan khusus, kami hanya berdua kala itu.
Apa Nasruddin pernah bercerita tentang masalah dengan Antasari?Tidak pernah. Saya dan dia (Nasruddin-red) hanya berhubungan baik. Jadi tidak terlalu dekat, dan saya tidak heran kalau dia tidak bercerita secara khusus.
Apa harapan Anda?Saya berharap kesaksian ini dapat membantu pak Antasari untuk mendapatkan keadilan. Saya sudah sampaikan apa yang saya tahu dan alami waktu itu. Relevansinya sejauh mana tergantung hakimnya. Tapi saya yakin, yang saya alami waktu itu dianggap relevan oleh Pak Antasari. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: