“Dalam Rancangan Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (RAPBN) ini, subsidi yang jumlahnya besar akan memperburuk perekonomian. Ini akan kita kurangi. Konsekuensinya adalah menaikkan harga BBM,†kata Presiden SBY, Rabu (12/6), di Kantor Presiden, Jakarta.
Rencananya, kenaikan untuk jenis bensin premium menjadi Rp 6.500 per liter dan minyak solar menjadi Rp 5.500 per liter. Kenaikan tersebut diperkirakan akan diberlakukan 17 Juni 2013.
Menanggapi rencana kenaikan harga BBM itu, Kepala Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) Andy Noorsaman Sommeng mengatakan, kenaikan harga BBM bersubsidi merupakan hal yang baik.
“Sebab akan mengurangi disparitas harga.’Kalau harga BBM dinaikkan,penyelundupan dan penyalahgunaan BBM subsidi akan berkurang,’’ ujar Andy Noorsaman Sommeng kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Berikut kutipan selengkapnya;Kenapa Anda bilang penyalahgunaan dan penyelundupan BBM subsidi berkurang?Begini, saat ini membeli premium Rp 4.500 per liter. Kemudian dijual Rp 6.000 per liter, sudah untung Rp 2.000 per liter. Dengan dinaikkan harga premium menjadi Rp 6.500 per liter, otomatis mempersempit ruang para spekulan untuk melakukan tindak penyalahgunaan BBM subsidi.
Dengan disparitas yang semakin kecil ini semakin baik. Sebab, pengawasannya akan lebih baik dan tepat sasaran kepada sektor pengguna yang lebih berhak.
Bagaimana dengan pengawasan setelah harga BBM dinaikkan?BPH Migas telah diberi kewenangan melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap penyediaan dan pendistribusian BBM di seluruh NKRI. Namun, hal tersebut tidak mungkin dilakukan kalau hanya dilakukan sendiri oleh BPH Migas. Sebab, hanya berada di pusat dan jumlah personil terbatas.
Makanya untuk mengawal pendistribusian BBM bersubsidi supaya tepat sasaran, volume dan waktu sesuai peruntukan, BPH Migas perlu menjalin kerja sama dengan pemerintah daerah agar kuota BBM bersubsidi yang jumlahnya terbatas tidak kembali mengalami over kuota seperti tahun-tahun sebelumnya.
Jika harga BBM subsidi dinaikkan, berarti pemerintah bisa menghemat kuota BBM subsidi dong?Ya tentu saja. Kuota akan lebih kecil dibanding jika harga BBM subsidi tidak dinaikkan. Jika kuota BBM subsidi yang tahun ini ditetapkan sebesar 46,01 juta kiloliter (KL) tidak akan terlampaui jika pemerintah memiliki keberanian menaikkan harga BBM bersubsidi. Kalau harga BBM naik, kan ada yang berhemat. Yang biasanya boros, jadi berkurang.
Bukannya ada pengawasan sistem pembatasan BBM subsidi untuk mengurangi kuota?Jika hanya mengandalkan sistem menggunakan teknologi informatika (IT) yang akan dilakukan SPBU kondisinya tidak akan berubah. Penggunaan IT tidak menjamin kuota tidak jebol. Pembatasan bisa dilakukan bila ada sistem tertutup, ada IT, itu bisa ditahan. Kalau yang lalu sampai 1,5 jutaan KL kan penghematan.
Kalau tadinya kuota 48 juta KL, dikurangi 1,5 juta KL kan bisa 46,5 juta KL.
Pemerintah dan DPR telah menyetujui kuota BBM bersubsidi pada tahun depan sebanyak 46 juta KL. Tapi, kuota tersebut diperkirakan akan jebol lagi karena konsumsi BBM tahun depan akan bertambah 800.000 KL dibandingkan konsumsi tahun ini.
Berapa usulan yang diajukan pemerintah untuk kuota BBM subsidi tahun 2014?Pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM mengusulkan asumsi volume BBM subsidi dalam RAPBN tahun 2014 sebesar 51,05 sampai 52,41 juta KL. Dengan pertimbangan realisasi saat ini, adanya pertumbuhan kendaraan bermotor dan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi, maka mengusulkan asumsi volume BBM subsidi pada RAPBN 2014 pada range antara 51,04 sampai 52,41 juta KL. Ada kenaikan sekitar 8-9 persen dari volume BBM subsidi tahun berjalan.
Kenapa ada kenaikan?Kenaikan kuota ini juga didasari oleh pertumbuhan kendaraan, dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2012 itu sebesar 18,3 persen. Kemudian mobil penumpang 14 persen, bus 19,5 persen, truk 9,8 persen, sepeda motor 13 persen. Sedangkan target penjualan otomotif tahun 2013-2014 sebanyak 1,1 juta kendaraan roda 4, dan 7,1 juta untuk sepeda motor. Dari sini maka terjadi peningkatan sebesar 9 persen dari volume BBM subsidi tahun berjalan.
Bagaimana jika pemberlakuan kenaikan harga BBM mundur terus?Memundurkan jadwal kenaikan harga BBM subsidi berimbas pada volume konsumsi BBM akan terus meningkat dan juga terus berdampak ke defisit keuangan negara.
Lambat melakukan keputusan ini, volume konsumsi BBM subsidi akan terus meningkat. APBN akan bergerak terus. Terlambat melakukan langkah-langkah yang diperlukan, maka ada risiko tersendiri.
Dengan kenaikan harga BBM subsidi ini, apa menghilangkan subsidi kepada rakyat?Menaikkan harga BBM subsidi bukan berarti subsidi BBM itu dihilangkan. Subsidi masih tetap ada. Pemerintah melakukan exercise yang paling bagus untuk mengurangi spekulan. Tapi juga tidak memberatkan masyarakat adalah memperkecil disparitas harga. Artinya, subsidi itu tidak hilang sama sekali. Subsidi masih ada. Tanpa adanya pengurangan penghematan subsidi BBM, akan sulit untuk mengembangkan energi alternatif atau energi baru terbarukan. Sebagai energi non-renewable resources, penggunaan BBM tidak boleh boros. Ketersediaan BBM sekitar 12 tahun lagi. Apabila diambil terus tentu akan habis.
Kita merubah paradigma ke masyarakat bahwa energi non-renewable resources itu tidak boleh kita gunakan dengan boros. Energi alternatif belum bisa berkembang saat ini kalau harga BBM kita masih rendah. Tanpa adanya pengurangan penghematan subsidi tidak bisa mengembangkan energi baru terbarukan.
Apa usulan BPH Migas untuk menghemat BBM?Indonesia tidak lagi bisa sepenuhnya terus menerus tergantung pada BBM. Saat ini, untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri saja harus impor. Untuk menekan impor maka kita harus banyak menggali lagi sumber-sumber yang ada. Untuk menurunkan ketergantungan terhadap BBM, kita harus melakukan diversifikasi energi. Artinya, energi yang di luar minyak ini harus terus digenjot pemakaiannya supaya ketergantungan itu berkurang. Sekitar tahun 1977 produksi minyak dan gas bumi Indonesia memang masih cukup tinggi sekitar 1.6 juta barel per hari (bph) dapat tercapai.
Tapi sekarang produksinya hanya sekitar 850 ribu barel per hari (bph), konsumsi kita sekarang 1,3 sampai 1,4 juta bph per hari. Makanya kita harus impor.
Membangun kemandirian energi menjadi sesuatu yang cukup penting. Sebagai negara yang besar, Indonesia harus bisa menyediakan energi sendiri. Kalau sudah banyak energi yang kita kembangkan di dalam negeri, ketergantungan kita akan berkurang terhadap BBM. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: