“Presiden menganggap pemberian anugrah dari Appeal of Conscience Foundation (ACF) ini sebagai penghargaan bagi bangsa Indonesia, bukan pribadinya,†kata Julian Aldrin Pasha kepada
Rakyat Merdeka, kemarin.
Seperti diketahui, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima 2013 World Statesman Award dari ACF di New York, AS, Kamis (30/5) malam waktu setempat.
Penghargaan itu diberikan oleh Rabbi Arthur Schneier, pemimpin ACF.
Julian Aldrin Pasha selanjutnya mengatakan, penghargaan itu diberikan oleh sebuah lembaga internasional independen yang kredibilitasnya diakui dunia.
“Lembaga ini telah beberapa kali memberikan awards kepada Kepala Negara, seperti: PM Kanada, Presiden Korsel, Kanselir Jerman, dan PM Inggris,’’ paparnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Apa tanggapan presiden atas penghargaan yang diberikan kepadanya? Ini penghargaan bagi seluruh rakyat Indonesia. Awards diberikan dalam konteks kenegarawanan seseorang, yang dinilai berjasa dan berhasil bagi terciptanya perdamaian, toleransi beragama dan demokrasi.
Ada kabar penghargaan ini direkayasa, apa benar?Ah, mana mungkin. Kami tidak pernah meminta agar Presiden SBY mendapat penghargaan apa pun, dari mana pun. Bila kemudian itu award dari ACF dipersoalkan oleh seseorang atau sekelompok orang di dalam negeri, tentu kami mendengarkan itu dalam konteks kebebasan berbicara dan berpendapat.
Namun bila pandangan yang mengatasnamakan wakil suatu komunitas, kemudian memprotes dengan memaksa untuk menolak pemberian award oleh ACF, yang disampaikan secara terbuka seolah dirinya mewakili semua, maka itu jelas satu cara pandang yang sempit.
Tapi ada yang mengkritisi pemberian penghargaan itu. Tanggapan Presiden?Jadi sesungguhnya, protes atas pemberian award dimaksud, hanya membuat orang tahu bahwa di sini masih ada orang yang berpikiran sempit kepada Kepala Negaranya. Kami berharap, pemberi award tidak merasa dilecehkan oleh mereka dan memaklumkannya.
Ekspresi SBY bagaimana?Presiden melihat ini adalah sebuah pengakuan bahwa yang selama ini dilakukan oleh bangsa Indonesia dalam menjaga toleransi kehidupan beragama.
Apa itu saja?Selain itu ini juga menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara yang memberikan ruang bebas dalam beragama, saling menghormati dan juga demokrasi yang tumbuh di Indonesia. Ini semua kan hasil dari kerja sama seluruh rakyat Indonesia.
Penghargaan ini bukan penerimaan bagi Pak SBY pribadi, tapi lebih kepada penilaian pada bangsa Indonesia selama ini yang tetap mengedepankan nilai toleransi di tengah keberagaman dan kemajemukan masyarakat, baik dari etnis, suku dan agama. Artinya presiden melihat ini bentuk penghargaan dari ACF atas progress yang sangat baik dimana HAM dijunjung tinggi
Sempat ada kontroversi, bagaimana ini?Tentu itu suatu hak yang dalam pandangan kami mereka yang menilai dan sinis atas pemberian award. Mungkin juga karena informasi yang tidak lengkap juga ada mispersepsi yang sebenarnya tidak akurat.
Baik juga kalau mereka mengetahui dengan detil mengenai kelembagaan ini, proses yang mereka lakukan dan pemberian penghargaan yang diberikan kepada SBY. Mereka tentu memberikannya dengan pertimbangan-pertimbangan hati-hati.
Bagaimana seharusnya?Kita sepatutnya lembaga ACF itu juga bisa secara objektif memberikan penilaian kepada SBY yang tentu kepada bangsa Indonesia sikapi sebagai wilayah penilaian mereka.
Kabarnya ada WNI diimingi 100 dolar untuk hadiri pemberian penghargaan itu, apa benar?Itu sama sekali tidak benar. Ini suatu hal yang keliru bahwa ada upaya untuk membayar WNI hadir dalam acara tersebut. Tidak ada WNI dibayar agar menghadiri penghargaan kepada Presiden itu. Saya sendiri tidak melihat hal yang seperti itu. Maka perlu diluruskan.
Memang ada beberapa yang mungkin mengkritik. Tapi ada juga yang mendukung dan bahkan merasa bangga atas penganugrahan itu. Di era demokrasi biasa itu.
Siapa saja yang hadir?Tentu ada beberapa tokoh yang diundang oleh ACF karena sebagai tuan rumah. Ada beberapa nama besar datang dan saya tidak bisa sebutkan prosesi berjalan dengan lancar dan baik. Saya belum cek satu per satu, tapi mereka tokoh terkemuka di AS dan dunia bahkan ada yang dari tingkat PBB. [Harian Rakyat Merdeka]
BERITA TERKAIT: