Siti Nurbaya Bakar: Seburuk Apa Pun DPR, Itu Tidak Bisa Dihilangkan

Minggu, 03 Februari 2013, 08:07 WIB
Siti Nurbaya Bakar: Seburuk Apa Pun DPR, Itu Tidak Bisa Dihilangkan
Siti Nurbaya Bakar
rmol news logo .Citra DPR di mata publik terus anjlok. Sebab, banyak wakil rakyat terseret kasus korupsi.

Yang terbaru, anggota Komisi I DPR dari PKS, Lutfi Hasan Is­haq ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus dugaan suap impor daging sapi.

Meski begitu, tidak meng­ha­langi bekas Sejken DPD, Siti Nur­baya Bakar, bergabung de­ngan Partai Nasdem.

“Seburuk apa pun DPR,  itu ti­dak bisa dihilangkan. Tinggal isi­nya saja dibagusin. Sebab, sumbu demokrasi ada di situ. Kalau go­yah, maka semuanya goyah,” ka­ta Siti Nurbaya Bakar kepada Rakyat Merdeka, kemarin.

Berikut kutipan selengkapnya:

Kenapa harus mundur dari Sekjen DPD?

Saya mengundurkan diri kare­na saya berada di persimpangan.

Maksudnya?

Umur saya sekarang 56 tahun. Walau menurut aturan masih bisa bekerja sampai umur 60 atau 62 tahun. Tapi menurut saya, harus terjun ke dunia politik sekarang ini agar tidak terlambat.

Sesuai aturan, PNS itu kan ti­dak boleh menjadi anggota atau pengurus parpol. Maka harus mundur.

Ada yang menilai Anda mun­dur mendadak, apa benar?

Ah, kata siapa. Awal 2012 saya sudah  memberikan isyarat  untuk mundur bahwa awal 2013 saya ber­henti. Hanya saja saya tidak bilang mau ke mana.

Apa benar Anda masuk Nas­dem mengejar kekuasaan?

Tidak. Saya ke parpol karena sesungguhnya praktek dan teori mengabdi pada rakyat yang dekat dengan rakyat justru di parpol.

Sebab, fungsi  parpol  mewu­judkan seluruh aspirasi masya­rakat yang disalurkan ke DPR dan menteri.

Kenapa tidak ke partai besar yang sudah lama berkiprah?

Persoalannya apakah partai peserta Pemilu 2004 sampai 2009 sudah menjalankan aspirasi rak­yat itu.

Anda masuk Nasdem dibu­juk Surya Paloh?

Tidak. Saya masuk Nasdem atas kesadaran saya sendiri.

Apa sebelumnya ditawari masuk parpol lainnya?

Saya sudah minta izin dan pa­mit kepada senior saya di be­berapa partai waktu mau masuk ke Partai Nasdem. Jawabannya sip, berarti boleh.

Sejak kapan ada rencana ber­gabung dengan Nasdem?

Saya mengamati Nasdem itu cukup lama. Kemudian saya ber­diskusi dengan Ketum Nasdem Pak Rio, Pak Ferry dan Bang Sur­ya Paloh  beberapa kali. Saya me­nang­kap sebenarnya Nasdem ini ingin menjadai partai yang utuh.

Maksudnya?

Utuh artinya fungsi-parpol par­pol tadi jalan. Yang dikede­pankan adalah konsep-konsep parpol Nas­dem, bukan agenda kalau ber­kuasa bagaimana dan sebagainya.

Kabarnya Anda ditawari jadi Sekjen Nasdem?

Ha-ha-ha, itu isu saja. Sewaktu akan masuk Nasdem saya tidak memikirkan jabatannya.

Apa Anda tidak ngeri ka­rena Nasdem sedang berkon­flik?

Partai itu memang interaksi konflik. Apapun yang dihasilkan, baik kemajuan ekonomi, sosial, dan lainnya adalah hasil interaksi politik

Interaksi konflik itu bisa dike­lola dengan baik. Saya kira Bang Surya Paloh bisa menangani kon­flik itu, karena sudah berpenga­laman di Partai Golkar.

Kalau jadi caleg, dapil mana Anda minta?

Ayah saya dari Betawi. Ibu sa­ya dari Lampung. Maka peluang dua-duanya sedang saya pelajari. Memang saya lahir di Jakarta. Se­kolah dan besar di sini. Tapi saya mengabdi di Lampung cukup banyak, sehingga banyak teman dan saudara di sana. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA