Marzuki Alie: Saya Perkirakan Banyak Politisi Pindah Parpol Jelang Pemilu 2014

Senin, 28 Januari 2013, 09:03 WIB
Marzuki Alie: Saya Perkirakan Banyak Politisi Pindah Parpol Jelang Pemilu 2014
Marzuki Alie
rmol news logo Ketua DPR Marzuki Alie memprediksi banyak politisi yang gonta-ganti partai politik menjelang Pemilu 2014.

“Saya kira ini fenomena besar di awal tahun 2013. Saya perki­rakan bakal banyak politisi yang pindah parpol,’’ ujar Marzuki Alie kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, Enggartiasto Lukita mundur dari anggota DPR dan kader Partai Golkar. Kemu­dian bergabung dengan Partai Na­sional Demokrat (Nasdem).
Marzuki Alie selanjutnya me­ngatakan, terjadinya pindah par­pol itu karena lemahnya pen­didikan pembentukan kader.

“Kader itu sering diterima ma­suk parpol secara instan tanpa pro­ses yang matang,’’ katanya.

Berikut kutipan selengkapnya;

Kenapa Anda memprediksi­kan seperti itu?

Partai politik itu rentan terha­dap perpecahan. Itu terjadi karena proses rekruitmen dan pembinaan yang asal-asalan.  Hal itu bisa di­li­­hat banyaknya partai baru atau partai tua masih mengalami kon­flik internal menjelang Pemilu 2014.

Sikap Anda bagaimana meli­hat situasi seperti itu?

Memprihatinkan. Ini berarti pengkaderan parpol tersebut ga­gal. Kalau saya lihat, parpol yang bermasalah itu tidak men­jalankan proses dasar dalam pe­rekrutan anggota. Semuanya dija­lankan dengan instan. Tidak ada proses dasar yang dilalui.

Apa saja proses dasar itu?

Tidak dilakukannya pembi­naan. Bahkan, kurangnya penge­tahuan calon anggota tentang misi dan visi yang dibuat partai po­litik yang hendak dimasu­ki­nya.

Dalam perekrutan, masih ba­nyak parpol tidak menjalan­kan mekanisme yang sebenar­nya. Mi­salnya, si A ingin berga­bung de­ngan salah satu partai yang ada, tapi orang itu tidak pa­ham  latar be­lakang dari parpol tersebut.

Seharusnya kan tahu ideologi, visi dan misi dari parpol tersebut. Makanya sering terjadinya kon­flik karena rentan terhadap per­bedaan ideologi dan pendapat meski mereka berada di satu parpol.

Seharusnya bagaimana?

Seharusnya dari awal rekruit­men setiap calon anggota dibina atau diperkenalkan sistem parpol yang hendak dimasukinya, se­hingga kader itu mampu meng­ukur pengetahuan pendidikan po­litik yang didapatkan selama ber­gabung dengan parpol te­rsebut.

Para kader memahami bagai­mana menjalani proses jenjang ka­rier, pola pembinaan yang je­las, dan rekrutmen caleg yang jelas.

Bagaimana dengan bekas Sek­jen DPR Nining Indra Sa­leh yang ingin menjadi caleg?

Itu pilihan beliau. Saya tidak mau menyinggung suatu nama.  Yang jelas, pindah parpol atau masuk parpol  itu merupakan fe­nomena umum yang  terjadi sekarang.

Nining memilih bergabung de­­ngan salah satu partai nan­ti­nya, itu hak beliau. Yang jelas, pengalaman beliau semenjak men­jabat  Sekjen DPR cukup baik. Ti­dak ada salahnya jika be­liau yang PNS berubah haluan men­jadi politisi di pencalonan legis­latif 2014.

Kalau soal Enggartiasto Lukita?

Saya tidak tahu persis bagai­mana record politik beliau. Yang pasti saya menghormati putusan memilih ganti parpol.

Apa perekrutan di Nasdem Dan Golkar seperti itu?

Saya tidak menyebutkan Nas­dem atau Golkar, namun rata-rata fenomena seperti itu terjadi di partai politik. Orang masuk parpol bertujuan sebagai alat untuk kepentingan jangka pendek karena mau men­calonkan diri sebagai pejabat publik.

O ya, apa sudah ada peng­gan­ti Nining Indra Saleh?

Sudah ada. Kandidatnya terdiri dari 3 Deputi yang ada.  Salah satu­nya nanti akan kita lakukan pembahasan lebih lanjut dengan fraksi untuk saran-saran tugas sebagai Sekjen apa saja. [Harian Rakyat Merdeka]

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA