WAWANCARA

Agung Laksono: Jakarta Nggak Boleh Dibuat Habis Manis Sepah Dibuang

Kamis, 24 Januari 2013, 09:12 WIB
Agung Laksono: Jakarta Nggak Boleh Dibuat Habis Manis Sepah Dibuang
Agung Laksono

rmol news logo Banjir dan macet tidak bisa dijadikan alasan memindahkan Ibukota Jakarta. Sebab, kalaupun dipindahkan, Jakarta belum tentu bisa bebas banjir dan macet. Yang penting, perlu terobosan.

“Jangan langsung secara emo­si karena banjir dan macet, lalu meninggalkan daerah Ibu­kota Ne­gara yang bersejarah ini. Ma­sih banyak solusi lainnya,” kata Men­ko Kesra, Agung Lakso­no, kepada Rakyat Merdeka, ke­marin.

Berikut kutipan selengkapnya:

Kenapa Anda tidak setuju?

Pemindahan Ibukota Negara itu tidak mendesak. Lebih baik menyelesaikan masa­lah pokok yang terjadi di Jakarta saat ini. Kita jangan cepat me­nyerah.

Tidak baik kita meninggalkan masalah yang ada. Jakarta itu kan su­dah membuat kita besar. Nggak boleh dibuat habis ma­nis sepah dibuang.

Mestinya kita berupaya terus memperbaiki, karena masalah ban­­jir, macet dan lainnya bisa ditang­gulangi jika semua pihak bersatu, bahu-membahu sa­ma-sama memperbaikinya.


Ada usulan yang pindah itu hanya kantor pemerintahan saja seperti Malaysia, tangga­pan Anda ?

Itu salah satu opsi. Ibukota tidak pindah, hanya kantor peme­rintahannya saja yang pindah se­perti di Malaysia. Kawasan Pu­t-ra­jaya adalah kantor pemerin­tahannya, sedangkan ibukotanya tetap Kuala Lumpur.


Apa ini opsi yang bagus?

Untuk sekarang ini opsi itu juga belum menjadi solusi.


Kenapa?

Karena kalau ini dilakukan ten­tu pemerintah pusat akan menge­luarkan anggaran yang tidak se­dikit. Akan lebih baik kalau kita memperbaiki infrastruktur di DKI Jakarta, seperti memperbai­ki waduk-waduk yang ada di Ja­karta.

Lebih baik dan bijak jika ang­ga­ran yang kita miliki untuk pe­meliharaan aset yang sudah ada daripada membangun aset baru dengan biaya mahal.

Setelah semua dilakukan, tapi banjir belum bisa diatasi, maka pemindahan kantor pemerintahan bisa dilakukan.


Apa solusi macet dan banjir yang menjadi prioritas?

Kalau masalah macet, Pemda di sekitar Jakarta bisa bekerja sa­ma membangun infras­truk­tur sa­rana dan prasarana angkutan massal, baik itu subway maupun monorel.


Apa aman kalau ada kereta bawah tanah karena banjir?

Kalau banjir itu kan karena tanggulnya tidak diperhatikan pera­watannya.

Makanya jangan tunggu akan ada hujan lebat dulu, baru dipe­rik­sa. Apa yang bisa di­ker­jakan, ya ker­jakan saja. Ja­ngan sampai parah.


Kalau mengatasi banjir?

Banyak caranya kok. Apalagi nanti kalau Banjir Kanal Timur (BKT) sudah disambung dengan so­detan, terhubung dengan Su­ngai Ciliwung dan sungai lain­nya. Maka beban air yang biasa­nya menuju barat berkurang. Se­bab, saat banjir lalu BKT ke­nya­taannya kosong.

Solusinya sekarang bagaimana penyaluran air dari luar Jakarta bisa langsung secepatnya dialir­kan ke laut dan diminimalisir ham­ba­tannya. Kalau sekarang kan su­ngai belum dikeruk, masih dang­kal, badan sungai masih kecil.

  Pokoknya kita upayakan terus agar air tidak meluap sampai mengg­enangi rumah–rumah.


Bagaimana dengan sampah?

Saya kira masalah sampah yang dibuang ke sungai adalah fak­tor kebudayaan saja. Masyara­kat diberi penjelasan dan sosiali­sasi oleh RT dan RW, yakni mem­beri­kan pandangan bahwa sungai itu bukan sebagai bagian bela­kang.

Rumah harus menghadap ke depan sungai. Selama ini banyak rumah membelakangi sungai, se­hingga mereka membuang sam­pah ke belakang rumah se­enak­nya, itu harus diubah.

Kalau di negara-negara Eropa rumah dipinggir sungai mengha­dap ke depan sungai, karena se­benarnya sungai yang mengalir dan bersih itu bisa menghi­lang­kan stres.  


O ya, apa tanggap darurat DKI Jakarta diperpanjang?

Status siaga belum dicopot. Ke­putusan meningkatkan atau me­nurunkan status tanggap da­rurat itu diserahkan kepada gu­bernur DKI Jakarta. Tanggap da­rurat itu kan disampaikan berlaku sampai 27 Januari 2013. Itu bisa diperpanjang, jika banjirnya masih ada dan curah hu­jan yang tinggi terus menerus. Apa­lagi kalau hujan terus terjadi bisa dipastikan masih akan ada kiri­man air dari Bogor. Tapi saya ber­harap tidak ada sesuatu yang luar biasa lagi. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA