WAWANCARA

Hasyim Muzadi: Saya Cukup Sekali Saja Jadi Calon Wakil Presiden

Rabu, 09 Januari 2013, 10:27 WIB
Hasyim Muzadi: Saya Cukup Sekali Saja Jadi Calon Wakil Presiden
Hasyim Muzadi

rmol news logo Bekas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi tidak akan maju sebagai Capres atau Cawapres 2014.

”Saya cukup sekali saja se­ba­gai calon wakil presiden. Saya hanya mendorong siapa yang la­yak memimpin bangsa ini,” ujar Ha­syim Muzadi kepada Rakyat Mer­deka, di Jakarta, kemarin.

Hasyim Muzadi yang Pilpres 2009 berpasangan dengan Me­ga­wati Soekarnoputri itu selan­jut­nya mengatakan, yang penting di­majukan adalah capres/cawapres yang berpihak kepada rakyat.

“Masa saya sudah lewat. Se­ka­rang perlu dicari tokoh lain yang berpihak kepada rakyat, bukan berpihak kepada pihak asing,’’ pa­parnya.

Berikut kutipan selengkapnya;

Bukankah masih banyak yang menginginkan Anda maju da­lam Pilpres 2014?

Ah, tidaklah. Masa saya sudah lewat. Saya hanya akan men­do­rong siapa yang terbaik untuk bang­sa Indonesia ini.


Benar nih nggak mau maju lagi?

Ya, benar. Saya sudah cukup se­kali saja menjadi calon wakil pre­­siden.  

 

O ya, bagaimana tanggapan Anda mengenai blusukan SBY?

Daripada nggak sama sekali, ya tidak apa kan. Kita berharap agar khus­nul khatimah saja.


Saat blusukan itu, Ani Yu­dho­yono mendampingi SBY, apa itu sinyalemen diper­siap­kan menjadi capres?

Terserah saja. Saya tidak mau me­nanggapi maupun mengu­rusi­nya. Yang kita urusi adalah ba­gai­mana kita memiliki pemimpin yang pro rakyat Indonesia, itu saja.

Apa yang perlu dipersiapkan untuk itu?

Untuk pergantian kepe­mim­pinan nasional harus dipantau dengan obyektifitas. Rakyat ha­rusnya memilih bukan karena kita senang atau tidak senang dengan seorang capres.

Rakyat harus lihat juga mana yang pro Indonesia dan mana yang pro asing. Pemimpin harus mampu menjalankan amanah dengan baik.


Bukankah semua capres pro rakyat?

Belum tentu. Makanya pilihlah pro rakyat. Kalau tidak pro rak­yat, tentu kita akan mendapatkan kesulitan dalam meneggakkan kedaulatan negara.

Jangan sampai capres yang dipilih itu hanya sebagai ke­pan­jang­an tangan asing.

Makanya saya menilai memilih pemimpin ini adalah pekerjaan besar.


Apa capres itu meminta restu ke asing?

Beberapa calon presiden kita memang sering ke pihak asing untuk meminta restu agar bisa ma­ju menjadi presiden.

Kalau masih ada pemimpin  men­datangi  Amerika Serikat, Ing­gris dan lainnya untuk minta res­tu tentu mentalnya masih inlander.

Pemimpin yang kayak begitu menganggap bangsa sendiri lebih rendah daripada bangsa asing. Atau mungkin dia merasa tidak bisa eksis tanpa  dukungan bang­sa asing.

Pemimpin sekarang ini rasanya kok cenderung ketakutan kalau di­musuhi asing, tapi tidak takut pa­da rakyatnya sendiri.


Bagaimana tindakan Anda agar capres seperti itu tidak di­pilih rakyat?

Perjuangan untuk melahirkan pemimpin yang peduli kepada kedaulatan bangsa ini tidak bisa sekaligus jadi. Karena rakyat kita sendiri belum sadar kalau ke­dau­latannya tidak bisa jalan.

Rakyat sekarang ini sedang me­ngalami disorientasi, yakni ti­dak tahu apa yang dihadapi dan apa yang harus mereka lakukan.

 Parahnya lagi, saat ini ada juga pemimpin yang inginnya rakyat tam­bah melarat dan miskin, se­hingga pemimpin itu datang mena­warkan solusi dan bantuan yang sebenarnya hanya mem­bantu sesaat saja agar terpilih.


Apa harapan Anda?

Kita ingin pemimpin itu benar-benar membela rakyatnya, bukan hanya cari popularitas belaka, atau bahkan untuk kepentingan kelompoknya saja.

Di situ nanti saya dan gerakkan akan menyadarkan rakyat bagai­mana sesungguhnya memilih pe­mimpin yang amanah, bisa me­nge­lola negara berdasarkan Pan­casila dan UUD 1945.


Contohnya seperti apa?

Calon yang ingin maju harus di­buktikan dengan langkah-langkah konkritnya. Jika mereka terpilih, kebijakannya sesuai de­ngan harapan rakyat Indonesia. Pokoknya ke depan pemimpin tidak boleh klaim pro rakyat tan­pa bukti nyata.


Semua capres nanti meng­klaim pro rakyat, ini bagai­mana?

Oh, itu jelas. Untuk tarik sim­pati rakyat mereka bisa saling klaim pro rakyat. Tapi harus di­tun­jukkan dengan tindakan dan per­buatan.


 Caranya bagaimana?

Saya kira kita harus bertemu me­reka satu per satu daripada me­ngomentarinya di media.


Kenapa?

Kita kan harus mengetahui visi-misi para bakal capres itu. Saya yakin pada akhirnya capres itu mengerucut pada orang yang be­nar-benar berkualitas dan pro rakyat. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA