Bekas Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Hasyim Muzadi tidak akan maju sebagai Capres atau Cawapres 2014.
â€Saya cukup sekali saja seÂbaÂgai calon wakil presiden. Saya hanya mendorong siapa yang laÂyak memimpin bangsa ini,†ujar HaÂsyim Muzadi kepada Rakyat MerÂdeka, di Jakarta, kemarin.
Hasyim Muzadi yang Pilpres 2009 berpasangan dengan MeÂgaÂwati Soekarnoputri itu selanÂjutÂnya mengatakan, yang penting diÂmajukan adalah capres/cawapres yang berpihak kepada rakyat.
“Masa saya sudah lewat. SeÂkaÂrang perlu dicari tokoh lain yang berpihak kepada rakyat, bukan berpihak kepada pihak asing,’’ paÂparnya.
Berikut kutipan selengkapnya;
Bukankah masih banyak yang menginginkan Anda maju daÂlam Pilpres 2014?
Benar nih nggak mau maju lagi?
Ya, benar. Saya sudah cukup seÂkali saja menjadi calon wakil preÂÂsiden.
O ya, bagaimana tanggapan Anda mengenai blusukan SBY?
Daripada nggak sama sekali, ya tidak apa kan. Kita berharap agar khusÂnul khatimah saja.
Saat blusukan itu, Ani YuÂdhoÂyono mendampingi SBY, apa itu sinyalemen diperÂsiapÂkan menjadi capres?
Terserah saja. Saya tidak mau meÂnanggapi maupun menguÂrusiÂnya. Yang kita urusi adalah baÂgaiÂmana kita memiliki pemimpin yang pro rakyat Indonesia, itu saja.
Apa yang perlu dipersiapkan untuk itu?
Untuk pergantian kepeÂmimÂpinan nasional harus dipantau dengan obyektifitas. Rakyat haÂrusnya memilih bukan karena kita senang atau tidak senang dengan seorang capres.
Rakyat harus lihat juga mana yang pro Indonesia dan mana yang pro asing. Pemimpin harus mampu menjalankan amanah dengan baik.
Bukankah semua capres pro rakyat?
Belum tentu. Makanya pilihlah pro rakyat. Kalau tidak pro rakÂyat, tentu kita akan mendapatkan kesulitan dalam meneggakkan kedaulatan negara.
Jangan sampai capres yang dipilih itu hanya sebagai keÂpanÂjangÂan tangan asing.
Makanya saya menilai memilih pemimpin ini adalah pekerjaan besar.
Apa capres itu meminta restu ke asing?
Beberapa calon presiden kita memang sering ke pihak asing untuk meminta restu agar bisa maÂju menjadi presiden.
Kalau masih ada pemimpin menÂdatangi Amerika Serikat, IngÂgris dan lainnya untuk minta resÂtu tentu mentalnya masih inlander.
Pemimpin yang kayak begitu menganggap bangsa sendiri lebih rendah daripada bangsa asing. Atau mungkin dia merasa tidak bisa eksis tanpa dukungan bangÂsa asing.
Pemimpin sekarang ini rasanya kok cenderung ketakutan kalau diÂmusuhi asing, tapi tidak takut paÂda rakyatnya sendiri.
Bagaimana tindakan Anda agar capres seperti itu tidak diÂpilih rakyat?
Perjuangan untuk melahirkan pemimpin yang peduli kepada kedaulatan bangsa ini tidak bisa sekaligus jadi. Karena rakyat kita sendiri belum sadar kalau keÂdauÂlatannya tidak bisa jalan.
Rakyat sekarang ini sedang meÂngalami disorientasi, yakni tiÂdak tahu apa yang dihadapi dan apa yang harus mereka lakukan.
Parahnya lagi, saat ini ada juga pemimpin yang inginnya rakyat tamÂbah melarat dan miskin, seÂhingga pemimpin itu datang menaÂwarkan solusi dan bantuan yang sebenarnya hanya memÂbantu sesaat saja agar terpilih.
Apa harapan Anda?
Kita ingin pemimpin itu benar-benar membela rakyatnya, bukan hanya cari popularitas belaka, atau bahkan untuk kepentingan kelompoknya saja.
Di situ nanti saya dan gerakkan akan menyadarkan rakyat bagaiÂmana sesungguhnya memilih peÂmimpin yang amanah, bisa meÂngeÂlola negara berdasarkan PanÂcasila dan UUD 1945.
Calon yang ingin maju harus diÂbuktikan dengan langkah-langkah konkritnya. Jika mereka terpilih, kebijakannya sesuai deÂngan harapan rakyat Indonesia. Pokoknya ke depan pemimpin tidak boleh klaim pro rakyat tanÂpa bukti nyata.
Semua capres nanti mengÂklaim pro rakyat, ini bagaiÂmana?
Oh, itu jelas. Untuk tarik simÂpati rakyat mereka bisa saling klaim pro rakyat. Tapi harus diÂtunÂjukkan dengan tindakan dan perÂbuatan.
Caranya bagaimana?
Saya kira kita harus bertemu meÂreka satu per satu daripada meÂngomentarinya di media.
Kenapa?
Kita kan harus mengetahui visi-misi para bakal capres itu. Saya yakin pada akhirnya capres itu mengerucut pada orang yang beÂnar-benar berkualitas dan pro rakyat. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: