WAWANCARA

Ruhut Sitompul: Nasib Saya Di Demokrat Tergantung Presiden SBY

Minggu, 16 Desember 2012, 09:05 WIB
Ruhut Sitompul: Nasib Saya Di Demokrat Tergantung Presiden SBY
Ruhut Sitompul

rmol news logo Politisi vokal dari Partai Demokrat Ruhut Sitompul mengaku segera bertemu SBY untuk menanyakan posisinya di Partai Demokrat. Apa benar sudah dipecat dari Ketua Departemen Komunikasi dan Informasi.

“Yang berhak memecat saya di DPP Partai Demokrat adalah Pak SBY. Nasib saya di Demokrat ter­gantung Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat,’’’kata Ruhut Sitompul ke­pada Rakyat Merdeka, kemarin.

Seperti diketahui Wakil Sekjen DPP Partai Demokrat Saan Mus­tofa menjelaskan, Ruhut Si­tom­pul sudah dipecat di DPP sejak September 2012.   

“Sejak September ketika daftar ke KPU, salah satu syarat ke­pe­ngu­­rusan. Bahwa ada penyegaran dan rotasi, pak Ruhut diganti Ko­mar. Ruhut sebagai anggota biasa,” ujar Saan.

Ruhut Sitompul selanjutnya mengatakan, sekarang ini sedang dilaksanakan Silatnas Partai Demokrat, sehingga belum bisa bertemu SBY. Tapi pertemuan segera dilakukan.

“Tunggulah, saya pasti ber­bicara dengan Pak SBY soal itu. Sekarang kan masih Silatnas,’’ kata anggota Komisi III DPR itu.

Berikut kutipan selengkapnya;

Apa SBY bersedia menerima Anda?

Saya kira ya. Sebab, Saya ini sangat dekat dengan beliau. Saya hanya ingin kepastian soal kabar itu.

Pak SBY kan tahu bahwa saya rela meninggalkan partai besar se­belumnya (Partai Golkar) lalu bergabung ke Partai Demokrat. Ini saya lakukan karena melihat ke­te­ladan, kenegarawanan, keju­juran, kecerdasan, dan ketulusan Pak SBY.


Bagaimana kalau SBY me­nye­tu­jui pemecatan Anda itu?

Saya patuh dengan Pak SBY. Saya mengalir saja apapun kepu­tusan yang diambil. Selama ini kan saya tidak pernah meminta-minta. Intinya nasib saya di Demokrat tergantung Presiden SBY selaku Ketua Dewan Pem­bina Partai Demokrat. Saya nu­rut saja apa pun yang dipu­tuskan Pak SBY.

    

    Anda tahu alasan pe­me­catan itu?

Secara langsung saya tidak tahu. Tetapi katanya ada pe­nye­garan. Apanya yang disegarkan. Kalau sekelas Ruhut disegarkan, pasti banyak  yang kaget. Apanya yang disegarkan. Masa mem­buang orang-orang bersih. Ada apa ini sebenarnya, aneh kan.

Makanya banyak yang bilang ke saya, ketika Partai Demokrat mulai karam, Ruhut yang selalu pasang badan. Tapi sekarang ada kabar dipecat.

Kira-kira apa alasan spesifik soal pergantian itu?

Saya menilai pemecatan ini karena saya sering meminta agar Anas Urbaningrum mundur dari Ketum.


Anda merasa tersakiti?

Nggak dong. Karena hidup sa­ya ini mengalir. Itu semua sudah jalan Tuhan. Kan selama ini aku ti­dak tahu bahwa ternyata pen­dukung saya banyak sekali. Bah­kan dengan adanya kabar ini, ribuan SMS yang masuk ke saya.

   

Apa isinya?

Mendukung saya untuk terus maju. Bahkan ada yang menele­pon dari parpol lain yang me­minta saya bergabung agar partai itu lolos parliamentary threshold saat pemilu nanti.

   

Anda tertarik dengan tawa­ran ke partai lain itu?

Tidak dong. Saya sudah ber­janji ke diri saya sendiri bahwa Demokrat bukan partai saya yang pertama, tapi partai saya yang terakhir.

Bagaimana kalau Anda di­min­ta keluar dari Partai De­mokrat?

Saya baru keluar dari Partai Demokrat secara ksatria kalau yang memberhentikan itu  Pak SBY. Sebenarnya sudah hampir satu tahun mereka meminta agar saya dipecat.

   

Anda merasa digulingkan?

Ya, kalau benar kabar itu.  Orang-orang di lingkungan Anas yang menginginkan saya dipecat. Saya tidak setuju dengan permai­nan semacam itu.

   

Siapa orang-orang itu?

Saya rasa tidak perlu disebut­kan namanya siapa saja. Coba lihat saja, dulu mereka itu seperti apa dan ekonominya bagaimana. sekarang sudah jadi bos semua kan.

     

Apa Anda tetap vokal?

Ya dong. Saya tetap menge­luar­kan pernyataan seperti biasa. Jabatan itu bukan segalanya. Se­mua orang sudah kenal siapa saya. Seharusnya mereka malu kepada Pak SBY sebagai pendiri Partai Demokrat bersama 99 deklarator.

Mereka boleh memberhentikan saya dari posisi itu. Tapi saya te­tap kader partai. Di DPR, saya te­tap sebagai Ketua Komisi Pol­hukam MPR. Saya tetap pencera­mah 4 pilar berbangsa  dari Sa­bang sampai Papua. Banyak ja­batan lainnya. Ini semuanya demi Partai Demokrat.


Apa kejadian ini membuat Partai Demokrat terpecah?

Nggak dong. Kita harus sabar. Tetapi dengan adanya kabar ini, kawan-kawan banyak yang kaget. Sebab, selama ini saya yang mati-matian membela Partai Demokrat. Itu kata mereka. Bahkan ada yang bilang, kalau tidak ada saya, sudah karam partai ini. [Harian Rakyat Merdeka] 


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA