Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Marciano Norman mengungkapkan, otak pelaku teror di Solo, Jawa Tengah, berkaitan dengan teror sebelumnya.
“Pasti ada kaitan dengan teror Solo sebelumnya. Otaknya itu-itu saja. Mereka itu selalu meÂlihat peluang. Begitu ada peÂluang, langsung bertindak. MeÂreka ingin menunjukkan bahwa mereka ada,†kata Marciano NorÂman kepada Rakyat Merdeka, di Jakarta, kemarin.
Menurutnya, pihak kepolisian suÂdah mengambil langkah yang terukur dan terus mengemÂbangÂkan laporan intelijen. BIN sangat mengapresiasi keÂpoÂlisian karena sudah melaÂkukan tindakan tepat terhadap keÂlompok teroris.
Berikut kutipan selengkapnya:
Kalau kami mengungkap orangÂÂÂnya, bisa merusak peneÂlusuran yang sedang dilakukan keÂpolisian. Tentunya pihak keÂpoÂlisian yang secara intens meÂlakukan pengeÂjaran sudah tahu rentetannya.
Yang jelas, rentetan teror Solo berkaitan satu dengan lainnya. Ini berarti otaknya juga sama.
Kapan pelakunya ditangÂkap?
PeÂnyerÂgapan itu butuh waktu yang tepat. Tindakan-tindakan yang diÂlakukan Polri belakangan ini sudah sangat baik.
Apa BIN juga mencium akan terjadi kejadian serupa di daeÂrah lain?
Kejadian ini bisa terjadi lagi. Tetapi jika kita mampu menÂdoÂrong semua aparat, termasuk maÂsyarakat, untuk peduli dalam memÂbatasi ruang gerak mereka, saya rasa mereka tidak berkemÂbang.
Mereka tidak boleh diberi ruang bebas. Kita harus sama-sama mengontrol mereka. Kita harus punya inisiatif agar mereka tidak berkembang. Itu yang harus dioptimalkan.
Apa yang bisa dilakukan maÂsyarakat?
Apabila masyarakat melihat kejanggalan-kejanggalan adanya orang yang tidak layak bersenÂjata, tapi membawa senjata atau melihat orang yang mencuriÂgaÂkan, maka harus dilaporkan keÂpaÂda petugas, baik kepolisian atau TNI.
Dengan masyarakat melapor cepat, maka membatasi ruang geÂrak teroris. Kalau tingkat keÂpeÂdulian masyarakat tinggi, keÂmuÂdian aparat selalu siap, tentu ruang gerak mereka semakin semÂpit.
Apa sebelum kejadian, BIN sudah mencium rencana aksi itu?
Kami ini punya komunitas intelijen yang selalu sharing. KalÂau kami dapat informasi, langÂsung kami lemparkan ke Badan Intelkam Mabes Polri. Kami juga share ke Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI. Kemudian mereka share juga ke bawah.
Kami juga ada hubungan langÂsung ke Densus 88, pihak yang berwenang melakukan eksekusi atau melakukan tindakan-tinÂdakÂan ketika mendapatkan inforÂmasi. Sharing informasinya jalan terus.
Sejak kapan BIN mencium rencana itu?
Saya rasa itu semua melalui pengamatan yang panjang. Di dalam era sekarang ini, kepolisian tidak punya wewenang meÂlakukan penangkapan dan sebÂaÂgainya jika seseorang itu baru seÂbatas diduga.
Tunggu mereka beraksi begitu?
Pihak keamanan harus bisa menangkap secara basah bahwa tarÂget atau orang yang bersangÂkutan ini benar-benar membawa senjata.
Kalau mereka baru sebatas berÂkumpul, belum bisa ditangÂkap. SeÂbab, bukti-buktinya belum cukup. Bukti-bukti itu harus dimantapkan dulu.
Yang jelas, orang-orang yang dicurigai selalu kami inforÂmasikan kepada semua pihak, terÂutama kepada kepolisian.
Apa kepolisian mendapatkan informasi dari BIN?
Dalam posisi seperti ini, kami juga nggak mau seolah-olah BIN mengambil keuntungan dari keÂjadian itu. Ini kan atas kerja saÂma semua pihak.
Yang harus diÂapresiasi itu keberhasilan Polri dan Densus 88. Mereka sudah meÂlakukan tindakan dan menangÂkap secara basah. Itu kan sulit.
Apa yang sudah dilakukan Polri meskipun pada akhirnya jaÂtuh korban, itu risiko dari operasi penyergapan karena mereka berÂsenjata.
Apakah mereka balas denÂdam terhadap kepolisian?
Balas dendam itu pasti. Mereka ingin melakukan perlawanan pada kelompok-kelompok yang dipandang menekan mereka.
Sebenarnya, ruang gerak mereÂka kan terbatas. Berada dalam kondisi tertekan.
Ruang gerak teroris itu harus dibatasi karena musuh kita berÂsama. Jangan hanya diserahkan ke kepolisian. Tapi peran maÂsyaÂrakat dalam memberikan inforÂmasi itu sangat penting.
BIN dan TNI sudah optimal dalam memberikan informasi-inÂformasi yang harus diolah keÂpoÂlisian.
Apakah mereka ada kaitÂanÂnya dengan Jamaah Ansharut Tauhid (JAT) seperti yang diÂkaÂtakan Kepala BNPT AnÂsyaad Mbai?
Farhan ini kan ada kaitannya dengan kelompok itu. Farhan juga pernah ikut latihan di FiÂlipina. Mungkin itu penilaian Pak Ansyaad selaku Kepala BNPT. FarÂhan ini memang ada catatÂanÂnya bahwa dia pernah di FiliÂpina. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: