Ketua Umum PP Muhammadiyah Din Syamsuddin menyarankan pemerintah dan ulama menggelar dialog menyelesaikan konflik Sunni dengan Syiah di Sampang, Madura, Jawa Timur.
“Saya bukan pro Syiah, hal-hal seÂmacam ini harus ditanggulangi deÂngan segera agar tidak menjadi rumit. Jangan sampai ada intoleÂranÂsi antar umat,â€kata Din SyamÂsuddin kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Menurutnya, relokasi kaum musÂlim Syiah bukanlah solusi tepat. Ini membuat preseden buruk. Sebab, ada pengeÂlomÂpoÂkan-pengelompokan antara maÂyoritas dengan minoritas. DiÂmensi keadilan negara harus diÂrealisasikan terhadap warga neÂgara, termasuk dalam hal sosial, ekonomi, dan keamanan.
“Jangan terlalu demonstratif. Dalam dimensi politik, negara haÂrus tegas dan mencari solusi netral. Saya kurang setuju dengan fatwa MUI Jawa Timur yang menyatakan Syiah sesat,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Pemerintah jangan memÂbiarÂkan masalah ini. Jangan mengÂanggap sederhana masalah ini. Saya kira harus ada rekonsiliasi agar tidak ada kesan keberpiÂhaÂkan pemerintah.
Kenapa Anda berkata seperti itu?
Ini kejadian yang telah teruÂlang. Tapi masalahnya kok penÂdekatan negara itu escape from the problem. Yakni lari dari masaÂlah atau tak mau menanganinya. Apalagi sampai menyalahkan intelijen bekerja buruk atau lalai.
Sebenarnya saya tidak mau mengkritik, takut dianggap saya terus mengkritik pemerintah. TaÂpi menurut saya, apa yang dilaÂkukan pemerintah saat ini tidak menyelesaikan masalah, hanya menyisakan masalah.
Ada yang bilang kerusuhan SamÂpang masalah keluarga?
Masalah keluarga kok tidak bisa segera diselesaikan dengan baik antar keluarga. Masalah ini kan sudah terulang. Mungkin nanÂti juga terjadi lagi masalah yang sama. Ini yang harus diceÂgah.
Apalagi beredar surat dari ulaÂma-ulama tertentu yang mengÂhalalkan darah tokoh-tokoh Syiah tertentu, ini kan bahaya.
Surat itu provokasi ya?
Saya rasa itu masalah keyakiÂnan saja. Karena mereka mengÂanggap Syiah itu sesat. Tapi kareÂna dia kiai-kiai atau menyebut diÂrinya kiai dan menghalalkan daÂrah tokoh Syiah, itu sudah salah.
Anda dapat dari mana inforÂmasi itu?
Saya mendapat laporan dari daerah yang menyebutkan mereÂka (tokoh Syiah-red) terancam. TaÂpi itu lokasinya bukan di MaÂdura. Kalau sudah sampai begitu, nanti pasti ada aksi dan reaksi susulan. Namun saya sudah bilang ke tokoh Syiah untuk tidak berkomentar.
Keberadaan aliran Syiah ini bagaimana?
Syiah ini lebih luas dari AhmaÂdiyah. Dibandingkan AhmadiÂyah, Syiah sudah hadir sebelumÂnya. Namun masalah Ahmadiyah saja nyatanya sampai sekarang tidak tuntas juga toh.
Kenapa ulama menyatakan Syiah sesat?
Kalau kalangan ulama bilang itu haram, ini haram, tidak akan meÂnyelesaikan masalah, so what giÂtu loh. Buat saya tetap saja diÂÂperÂbolehkan untuk Syiah ada di InÂdonesia, tapi memagari umat agar tidak mengikuti aliÂran itu, taÂpi diiringi langkah-langÂkah dakÂwah. Ini bukan beÂrarti saya menÂduÂkung Syiah, taÂpi ini kareÂna ukhuÂwah islaÂmiah harus kita jaga.
Pada prinsipnya jika sebuah aliran Syiah berada dalam keyaÂkinan dasar yakni syahadat, soal mereka mau masuk surga atau tiÂdak, itu urusan Allah. Lain halnya kalau Syiah tidak bersyahadat, maka saya akan ikut menyatakan Syiah itu sesat.
Seharusnya ulama bersikap bagaimana?
Ulama bertanggung jawab leÂbih. Kalau menyebutkan sesat maÂka akan menjadi masaÂlah. ApaÂlagi sebuah masalah itu berÂhimpitan dengan masalah keÂluarÂÂga, budaya, dan sosial ekoÂnomi.
Itu bagaikan rumput keÂÂÂring yang mudah terbakar. Tambah fatalnya lagi kalau peÂmangku amanah turun dan mengÂaÂtakan itu masalah kecil, masalah keÂluarga. Ini namanya penyeÂderÂÂhanaan masalah dan lari dari masalah.
Perlu diketahui juga. SebenarÂnya yang tidak ber-Tuhan juga tidak jadi masalah. Sebab, dalam Al-Quran tidak diatur, itu urusan dia untuk tidak beriman.
Cuma di Indonesia yang menÂcantumkan Ketuhanan Yang MaÂha Esa pada sila pertama PanÂcasila.
Pemerintah harusnya bagaiÂmana?
Pemerintah seharusnya berpeÂgangan pada UUD 1945, maka harus melindungi semua. Seperti Ahmadiyah, secara individual boleh, tapi ketika mengemÂbangÂkan organisasi dan mengajak, itu tidak boleh.
Secara histori Syiah ini sejak Orde Baru berkembang dan kaÂderÂnya banyak. Akan lebih rumit dan tidak sesederhana yang diÂpikirkan.
Untuk saat ini langkah yang diÂambil oleh negara dan ulama henÂdakÂnya mengedepankan dialog, reÂkonsiliasi atau lainnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: