Pasca lebaran Jakarta diprediksi akan kebanjiran puluhan ribu pendatang dari berbagai daerah. â€Diperkirakan usai lebaran pada tahun ini pendatang baru mencapai 36.847. Itu artinya ada peningkatan 28,97 persen dari tahun sebelumnya,†kata Kepala Dinas Penduduk dan Catatan Sipil DKI Jakarta Purba Hutapea kepada Rakyat Merdeka, kemarin.
Untuk mengantisipasi lonjakan penduduk sebelum dan sesudah lebaran Disdukcapil DKI Jakarta akan melakukan pendataan penduduk.
“Bukan hanya H-7 tapi H+7 juga akan kita lakukan pendataan terutama saat terjadi arus balik usai lebaran nanti,†ujarnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Proses pendataan penduduk melibatkan siapa saja?
Kami bekerja sama dengan pihak terkait, yakni Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta, Polda Metro Jaya dan juga dengan Kementerian Perhubungan.
Bagaimana perhitungan sementara?
Dilihat dari jumlah jumlah pemudik yang menggunakan transportasi kereta, bus atau pesawat pada H-7 dari Jakarta ke daerah sampai lebaran diperkirakan mencapai 8.341.059 orang.
Tapi ini tidak semua warga Jakarta saja, namun ini juga termasuk warga Tengerang, Bekasi dan lainnya yang berangkat dari Jakarta. Yang benar-benar warga Jakarta yang mudik paling-paling 5.701. 619 orang.
Kalau arus balik?
Pada prediksi arus balik berdasarkan tren tahun lalu sebanyak 5.738.466. Bila dibandingkan tahun 2011 ada selisih 15.028 atau 28. 967 persen peningkatannya.
Antisipasi lonjakan pendatang bagaimana?
Antisipasinya secara rutin tanpa melihat lebaran atau tidak kita melakukan Operasi Bina Kependudukan. Kami menekankan kepada masyarakat pentingnya memiliki dokumen kependudukan sesuai dengan aturan dengan memenuhi syarat ada pekerjaan ada tempat tinggal.
Kenapa pendatang harus memiliki tempat tinggal dan pekerjaan?
Memang dua hal itu yang paling penting. Untuk bisa tinggal di ibukota yang paling penting adalah memiliki tempat tinggal dan keahlian yang sesuai dengan tuntutan kota Jakarta agar tidak menjadia beban masalah.
Maksudnya?
Kalau tidak memenuhi kedua syarat penting itu tentunya dia akan tinggal di kolong jembatan, berdagang kali lima, menggarap lahan orang, menduduki tanah negara, tanah sengketa, menjadi pengemis, menjadi penyandang masalah kesejahteraan dan sosial, mengganggu kenyamanan dan ketertiban Ibukota.
Nah memang ini sebenarnya terjadi di seluruh kota di dunia, tapi kita harus berusaha bisa mengantisipasi itu.
Lalu bagaimana menanganinya?
Ada yang berpendapat pendatang ini pantas dibina akan diberikan pelatihan di panti sosial. Namun kemampuan kita terbatas. Apabila, setiap orang datang ke Jakarta menggelandang di kolong jembatan diberikan modal dan pelatihan itu akan memicu lebih banyak lagi pendatang lain. Padahal daya dukung kota Jakarta ini terbatas. Jadi, usulan itu tidak bijak.
Memang kondisi daya dukungnya seperti apa?
Kondisi Daya dukung Jakarta saat ini sudah sangat jenuh. Kalau mau fair luas wilayah jakarta kan hanya sebesar 625 KM, maka kita lakukan Operasi Bina Kependudukan secara rutin sepanjang tahun.
Sebelum lebaran juga kita sudah berlakukan operasi yustisi kependudukan untuk melihat ketaatan penduduk untuk memiliki dokumen kependudukan terutama KTP. Apabila cukup bukti dan dia tidak peduli maka dihukum oleh hakim dalam sidang proyustisia.
Kegiatan ini tidak ada kaitannya dengan kekerasan. Apalagi disamakan dengan penertiban kaki lima dan pengemis.
Maksud operasi ini untuk apa?
Targetnya bukan hanya penduduk pendatang baru saja, tapi semua orang termasuk orang yang telah berdomisili di Jakarta. Tapi karena keterbatasan petugas dan anggaran maka kita prioritaskan orang-orang yang kita duga tidak mengikuti aturan kependudukan.
Apakah ada imbaun dari Pemda DKI kepada pemudik?
Biasanya Gubernur DKI Jakarta juga datang mengucapkan selamat jalan dan membagikan leaflat yang intinya menghimbau orang untuk tidak mengajak saudaranya di kampung ke Jakarta. Kondisi Jakarta tidak seperti dulu lagi, lebih baik membangun desa atau cari tempat lain yang masih terbuka lapangan pekerjaan yang luas.
Apa upayanya bila terjadi perlawanan?
Sebenarnya kalau yang bersangkutan kooperatif tidak perlu terjadi kekerasan. Beberapa tahun ini sudah jarang sekali kekerasan dalam operasi Yustisi yang pernah digelar. Bukan
zamannya lagi menggunakan kekerasan dan kita selalu menggunakan langkah persuasif.
Kalau pun ada kekerasan adalah yang berkaitan dengan penggusuran karena itu adalah penegakan hukum yang diputuskan pengadilan. Bagi yang dipulangkan pada operasi Yustisi terutama orang-orang yang penyandang yang memiliki masalah kesejahteraan sosial.
Efektifkah operasi yustisi menekan jumlah pendatang?
Tidak cukup itu saja. Perlu cara lain. Misalnya, Pemprov melakukan kerja sama antar daerah yang dinamakan Mitra Praja Utama, yakni sebuah kerja sama dengan pemerintah provinsi di seluruh pulau Jawa seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Jawa Timur, Jogjakarta, Lampung, NTB dan Bali karena dari sanalah sumber kaum urban datang.
Bentuk kerja samanya bagaimana?
Agar kaum urban tidak membanjiri Jakarta. Pemprov DKI memberikan bantuan dari APBD kepada beberapa kabupaten dan kota seperti bekasi Depok, Tangerang, Bogor secara rutin sebesar Rp 5- 6 miliar per kota yang penggunaannya diharapkan untuk mengurangi dampak urbanisasi di Jakarta.
Maksudnya?
DKI berharap daerah sekitar bisa menciptakan balai latihan kerja penduduknya bisa kerja dimanapun dan kalau pun harus ke Jakarta memang dia memiliki keahlian yang cukup.
Berapa sih jumlah penduduk DKI Jakarta sekarang?
Penduduk Jakarta yang terdaftar di data base Disdukcapil kurang lebih sebanyak 10 juta penduduk. Bila ditambah penglaju komuter yang tinggal di wilayah sekitar Jakarta, seperti Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi yang mereka bekerja di Jakarta, jumlahnya setiap hari kurang bisa mencapai lebih dari dua juta penduduk. Kalau malam hari penduduk Jakarta berjumlah 10 juta penduduk dan siang hari 12 juta penduduk.
Apa dampaknya?
Kemacetan, ketentraman, kenayamanan dan ketertiban kota Jakarta.
Hal ini bisa terjadi karena Jakarta sendiri saat ini masih multi fungsi yakni sebagai Ibukota negara, pusat pemerintahan, pusat perekonomian, pusat perdagangan, pusat hukum, pusat kebudayaan dan lainnya. Sehingga itu juga berpengaruh terhadap mobilitas masyarakat dari luar Jakarta ke Jakarta.
Pertumbuhan penduduk DKI Jakarta sendiri berapa?
Secara pertumbuhan penduduk per tahun di Jakarta sudah rendah dibandingkan dengan kota-kota di sekitarnya. Paling sekitar 1,41 persen per tahun.
Pertumbuhan penduduk di sekitar Jakarta seperti Depok saja saya dengar dari hasil sensus Universitas Indonesia mencapai 6 persen, Tangerang 4 persen lebih, Bekasi dan lainya hampir sama. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: