WAWANCARA

Haryono Umar: Saat Itu, Memang Kami Membahas Kasus Century

Kamis, 16 Agustus 2012, 09:18 WIB
Haryono Umar: Saat Itu, Memang Kami Membahas Kasus Century
Haryono Umar

rmol news logo Bekas Wakil Ketua KPK Haryono Umar mengaku tidak mengetahui ada pertemuan atau rapat pembahasan mengenai skenario Bank Century di Istana seperti disampaikan

Antasari Azhar.

“Saya menjadi pimpinan KPK dari tahun 2007 hingga 2011. Ta­pi jujur saja, saya tidak tahu soal itu,” kata Haryono Umar kepada Rak­yat Merdeka, di Jakarta, kemarin.

Seperti diketahui, dalam se­buah wawancara yang dilakukan MetroTV, bekas Ketua KPK An­ta­sari  Azhar mengaku diundang ke Istana Negara, Oktober 2008. Saat itu Antasari masih menjabat Ketua KPK. Menurutnya, rapat ter­sebut membahas mengenai ske­nario pencairan dana Rp 6,7 tri­liun untuk Bank Century.

Haryono Umar selanjutnya me­ngatakan, dia juga tidak menge­­­tahui apakah pimpinan KPK lain­nya tahu agenda itu atau tidak. “Yang jelas saya nggak tahu. Saya ti­dak bisa banyak ko­mentar me­nge­nai itu,” kata Irjen Ke­men­dikbud itu.

Berikut kutipan selengkapnya:

Anda menjadi pimpinan KPK mulai tahun 2007, ma­sa sih  nggak tahu mengenai itu?

Memang saya menjabat pim­pinan KPK itu dari tahun 2007 hingga 2011. Tapi saya tidak  menge­tahui soal itu. Tanya saja lang­sung ke Pak Antasari.


Bagaimana penilaian Anda atas testimoni Antasari ter­sebut?

Kapasitas saya bukan lagi un­tuk menilai apa maksud dari tes­timoni itu. Yang pasti saat itu kami memang membahas ka­sus Century.

Semua kasus di KPK itu nggak ada target-targetan. Semuanya ber­dasarkan bukti saja. Kalau belum ada bukti, ya belum bisa ditarik begitu saja. Bahkan, di KPK itu tidak ada target penye­le­saian. Itu nggak boleh karena bisa melanggar KUHP.


O ya, Senin (13/8) bekas  pim­pinan KPK buka puasa ber­sama pimpinan KPK,  apa ada pem­bi­ca­raan soal kasus korupsi?

Nggak. Sama sekali tidak mem­­bahas kasus apa-apa. Jujur saja nggak ada. Kalau saya bo­hong, bisa batal dong puasanya. Bahkan, dari pimpinan KPK yang sekarang, mereka sifatnya hanya mendengarkan saja.

    

Memangnya membicarakan soal apa?

Mereka hanya meminta masu­kan atau pandangan dari pim­pinan KPK sebelumnya.


Mereka minta masukan se­perti apa?

Tentunya berkaitan dengan pemberantasan korupsi. Suasananya mengalir kok.


Apa yang Anda sampaikan ke pimpinan KPK?

Saya hanya menyampaikan apa yang hanya saya tangani waktu dulu itu saja. Saya me­nyam­pai­kan bahwa tugas KPK yang pa­ling berat adalah meno­lak go­daan.

   

Godaan itu datangnya dari mana?

Kalau godaan di KPK itu bisa datangnya dari para atasan, rekan, pihak luar, bisa juga dari keluar­ga. Godaan itu bisa datang kapan saja dan KPK harus bisa menolak godaan itu.

   

Bentuk godaan itu seperti apa?

Kalau bentuk godaan yang da­tang ke KPK itu macam-ma­cam. Bisa berupa tekanan, iming-iming, secara halus, dan ada pula yang secara kasar. Ka­rena itu, KPK harus bisa men­ciptakan orang-orang yang bisa menolak godaan itu dengan cara dilatih.

Tanpa dilatih tidak akan siap jika godaan itu datang. Sama de­ngan puasa, yang menggoda itu kan setan,  yang  menggodanya su­dah terlatih, he-he-he.


Apa para politisi juga sering menggoda KPK?

Godaan itu bentuknya bisa juga rayuan yang datangnya dari ekse­kutif, legislatif, yudikatif, dari swasta bahkan rekan sendiri. Jika pimpinan KPK sudah mampu menolak godaan, dari mana pun datangnya,  maka dia tetap mem­berikan perlakuan sama kepada siapa saja yang terseret kasus.

Inilah yang terjadi sekarang ini, korupsi bisa terjadi dari atas hing­ga ke tingkat bawah karena ada­nya godaan-godaan itu.

   

Godaan apa yang paling banyak diterima KPK?

Kalau di KPK, kebanyakan go­daan itu berupa tekanan, bukan iming-iming. Di KPK perlu orang yang mampu menahan tekanan itu.

   

Godaan apa yang paling be­rat saat Anda menjadi pim­pi­nan KPK?

Tekanan itu bisa segala macam bentuknya. Kadang-kadang ada­nya demo, telepon, dan lainnya. Yang penting, KPK bisa menahan diri. Tidak perlu diladeni. Tapi ka­sus yang sedang ditangani KPK harus terus berjalan sesuai de­ngan alat bukti yang ada.

   

Tekanan apa yang paling be­rat ketika itu?

Tekanan yang pernah saya ala­mi saat menjadi wakil ketua KPK itu bermacam-macam. Ada teka­nan agar kasus ini jangan dita­nga­ni. Ada juga yang mene­kan agar yang terlibat kasus itu segera dija­dikan tersangka.  Dari ma­syara­kat juga banyak yang meminta hal semacam itu.

Makanya pimpinan KPK ha­rus kuat. Tidak boleh meng­ikuti ke­inginan orang lain. Kalau se­ka­li saja mengikuti, maka ha­bis­lah dia. KPK harus mampu mem­buat sistem dan bekerja sa­ma dengan pemerintah agar go­daan-godaan itu tidak terlalu gen­car atau juga menyiapkan orang-orang yang mampu me­no­lak godaan itu.

   

Apa tanggapan pimpinan KPK atas masukan Anda?

Mereka apresiasi. Mereka itu kan sebelum masuk di KPK, su­dah  banyak pengalaman. Mereka background-nya hukum dan pengacara. Sudah tahu soal go­daan. Saya yakin mereka bisa me­lawan godaan itu. [Harian Rakyat Merdeka]


Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA