RMOL. Bekas Wakil Presiden Jusuf Kalla menilai, hasil Pilkada DKI Jakarta memperlihatkan ketokohan lebih penting daripada dukungan parpol.
“Pemilihan itu tergantung dari figur tokohnya, bukan dari parÂpol pendukungnya,†kata Jusuf Kalla kepada Rakyat MerÂdeka, kemarin.
Menurut bekas Ketua Umum Partai Golkar itu, kekalahan paÂsangan Alex Noerdin-Nono SamÂpono dalam Pilkada DKI Jakarta bisa mempengaruhi capres GolÂkar 2014.
Seperti diketahui, hasil pengÂhitungan cepat dari Lembaga SurÂvei Indonesia (LSI), pasangan Alex Noerdin-Nono Sampono memÂperoleh suara 4,37 persen. Fauzi Bowo-Nahrowi Ramli 34,17 persen. Sedangkan paÂsaÂngan Joko Widodo-Ahok 43,04 persen.
Jusuf Kalla selanjutnya mengaÂtaÂkan, saat ini masyarakat sudah bisa menilai dari track record maÂsing-masing calon, baik dalam pilÂkada maupun pilpres. PeroÂlehan suara partai belum tentu sama dengan perolehan dari maÂsing-masing calon.
“Kalau partainya dapat 20 perÂsen, belum tentu orangnya juga mendapatkan 20 persen,†jeÂlasnya.
Berikut kutipan selengkapnya:
Bagaimana peluang Aburizal Bakrie pada Pilpres 2014 seÂteÂlah melihat Pilkada DKI JaÂkarta?
Saya tidak tahu. Yang jelas, tren sekarang ini, orang lebih meÂlihat track record dari si calon, ketimbang partainya.
Ya. Itu menjadi barometer. PilÂkada DKI sekarang ini menunÂjukkan tren yang bagus. Cara berfikir masyarakat sudah bagus.
Alex Noerdin didukung dari Partai Golkar tapi kalah telak, kok bisa begitu?
Pak Alex itu sebagai gubernur yang baik di Sumatera Selatan. Tapi belum terkenal di Jakarta. Saya akui, memang Pak Alex ini bisa membikin terobosan. Itu saja tidak cukup kalau tidak dikenal masyarakat ibukota.
Apakah hal itu yang memÂbuat Alex kalah?
Saya kira Pilkada DKI kali ini meÂrupakan titik balik sebagai suatu realita bahwa masyarakat sudah jauh lebih paham. Artinya, masyarakt memilih sosok dari masing-masing calon itu berdaÂsarkan track record, kejujuran, dan sebagainya.
Apakah track record Alex NoerÂdin kurang baik sehingga kuÂrang diterima warga JaÂkarta?
Seperti yang saya katakan tadi bahwa Pak Alex ini kurang dikeÂnal saja. Saat ini masyarakat tidak melihat janji-janji dari semua calon gubernur DKI, tapi melihat berdasarkan track recordnya.
Pak Joko Widodo (Jokowi) ini meÂmimpin Solo dengan baik. Semua orang melihat bahwa dia jujur, sederhana, dan low profile. Itu sudah bagus. Pemilu juga akan lebih menarik dengan cara-cara seperti itu.
Wilayah Solo dengan JakarÂta itu kan berbeda?
Saya kira walaupun Solo lebih kecil dari Jakarta tetapi dengan caÂra melihat dari sisi penyeleÂsaian masalah, saya yakin Jokowi bisa menata Jakarta.
Sepertinya Anda memilih Jokowi?
Pilkada itu kan bebas rahasia. Jangan tanya siapa yang dipilih. Boleh terka-terka. Tapi kan bebas rahasia.
Masalah apa yang paling krusial di Jakarta?
Ada empat hal, yakni kemaceÂtan, banjir, kekumuhan, dan keaÂmanan.
Bagaimana solusinya untuk mengatasai masalah-masalah tersebut?
Sebenarnya, semua itu sudah ada konsepnya dengan bagus. MiÂsalnya mengenai banjir, kan suÂÂdah ada program banjir kanal timur. Terbukti banjir tidak terlaÂlu kenÂcang lagi. Begitu juga dengan keÂmacetan sudah ada konsepnya. MiÂsalnya ada jalan rel di atas, tapi diÂÂhenÂÂtiÂkan. Beginilah keadaannya.
Bagaimana cara mengatasi kekumuhan di Jakarta?
Kekumuhan akan bisa teratasi kalau Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo (Foke) itu ikut proÂgram 1.000 tower, bisa langsung selesai masalah kekumuhan itu. Tapi Foke tidak mendukung proÂgram ini. Beginilah akibatnya.
Sejak dulu saya bilang, kalau beberapa masalah di Jakarta itu selesai maka Jakarta akan lebih baik dan nyaman.
Anda menilai Foke kurang berhasil?
Saya tidak ingin menilai itu. Lihat saja hasilnya. [Harian Rakyat Merdeka]
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: